Kamis, 29 Desember 2016

Sejarah Australia “Perkembangan Politik Luar Negeri”








MAKALAH
Sejarah Australia
 “Perkembangan Politik Luar Negeri”
Makalah Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Mata Pelajaran Kuliah
 Sejarah Australia Yang Diampu Oleh Kuswono K ,.M.Pd


Di Susun Oleh ;
NAMA
NPM
Ni Made Prastiti
14220029
M. Rijal Fadhli
14220020







Prodi pedidikan sejarah
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH METRO
 2015










BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Politik luar negeri secara sederhana dapat diartikan sebagai segala bentuk kebijakan suatu negara terhadap lingkungan luarnya yang menjadi subjek dari kepentingan dan aktivitas resmi negara itu. Aspek resmi ini ditonjolkan karena, dapat saja individu-individu atau kelompok didalam suatu negara, sesuai dengan kepentingannya masing-masing, memiliki hubungan dengan luar. Politik luar negeri, atau kadang disebut pula sebagai kebijakan luar negeri, sangat ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai oleh Negara tersebut sesuai dengan kepentingan nasionalnya. Tujuan-tujuan yang dimaksud adalah tujuan politik, keamanan dan ekonomi. Kepentingan nasional itu ditentukan oleh para penentu kebijakan luar negeri sebagai hasil dari proses politik.
Australia merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah menarik. Australia bisa maju seperti sekarang ini tidak terlepas dari peran serta negara maju yang menjadi negara induknya terdahulu yaitu Inggris. Inggris merupakan negara induk Australia karena Australia pada awalnya adalah daerah koloni milik Inggris. Selain itu, hubungan luar negeri Australia dengan negara tetangga juga merupakan faktor penting yang menjadikan Australia seperti sekarang ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana Perkembangan Politik Luar Negeri diAustralia?
2.      Bagaimana Fase Sebelum Perang Dunia I?
3.      Bagaimana Pada Masa Perang Dunia I?
4.      Bagaimana Hubungan Luar Negeri Australia Ketika Perang Dunia I Sampai Dengan Perang Dunia II?
5.      Bagaimana  Hubungan Luar Negeri Australia Sesudah Perang Dunia II?
6.      Bagaimana Hubungan Luar Negeri Australia Dengan Indonesia?

1.3 TUJUAN MASALAH
1.      Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Politik Luar Negeri diAustralia
2.      Untuk Mengetahui Bagaimana Fase Sebelum Perang Dunia I
3.      Untuk Mengetahui Bagaimana Australia Pada Masa Perang Dunia I
4.      Untuk Mengetahui Bagaimana Hubungan Luar Negeri Australia Pada Masa Perang Dunia I Sampai Dengan Perang Dunia II
5.      Untuk Mengetahui Bagaimana Hubungan Luar Negeri Australia Sesudah Perang Dunia II
6.      Untuk Mengetahui Bagaimana Hubungan Luar Negeri Australia Dengan Indonesia

1.4 METODE PENULISAN
Metode yang di pakai dalam karya tulis ini adalah :
1.      Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi dari internet.
2.      Metode Historis
Historis / Sejarah ialah studi tentang masa lalu dengan menggunakan paparan dan penjelasan. Metode Historis ialah metode yang bertujuan untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan obyektif dengan mengumpulkan , menilai, memverifikasi, dan mensintesis bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai konklusi yang dapat dipertahankan dan dalam hubungan hipotesis tertentu.
3.      Metode Tindakan
Metode Tindakan ialah metode yang digunakan dalam penelitian yang diarahkan pada pemecahan masalah atau perbaikan. Penelitian ini difokuskan kepada perbaikan proses maupun peningkatan hasil kegiatan. Contohnya guru mengadakan pemecahan masalah terhadap masalah-masalah yang ada dalam kelas.

  BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Politik Luar Negeri diAustralia         
   Pada awal berdirinya Commonwealth of Australia, merupakan tonggak sejarah baru bagi Australia. Saat itu adalah suatu era, dimana enam koloni yang berdiri sendiri secara terpisah-pisah, bergabung menjadi satu yang kemudian disebut sebagai Federasi Colonial. Saat itu satu bangsa siap untuk lahir yaitu Australia. Pada masa itu Australia memiliki wewenang untuk mengatur kedaan negaranya sendiri dan terbebas dari Inggris. Namun Australia belum mampu untuk menjalankan negara itu sendiri, Australia masih membutuhkan bantuan dari negara induknya yaitu Inggris.
Untuk urusan dalam negeri, Australia telah diberi kemerdekaan oleh Inggris. Namun urusan luar negeri Australia masih memerlukan pengawasan dari pemerintah Inggris. Semua hubungan bangsa lain masih harus diatur oleh pemerintah Inggris. Pada saat itu lahirlah pendapat dari kalangan pemerintah Federal Australia bahwa “tidak ada perbedaan kepentingan antara Australia dengan Inggris”. Namun akhirnya pendapat ini dipatahkan karena adanya kepentingan Australia akan suatu pulau yaitu Irian. Keadaan ini telah di sadari lebih dulu oleh Quensland. Akibat dari letak yang jauh dari Inggris, Australia tidak banyak mendapat dukungan dari Inggris untuk mempertahankan maupun menduduki Quensland. Akibat dari adanya keadaan yang demikian, pemerintah Australia mulai berfikir bagaimana caranya mereka mempertahankan diri tanpa selalu mengharapkan bantuan dari Inggris.
Pada tahun 1907, Australia diberi status dominion. Dengan demikian statusnya sebagai koloni Inggris mulai ditinggalkan. Status dominion ini memungkinkan Austalia untuk mulai memikirkan sendiri urusan hubungan luar negerinya. Untuk selanjutnya Australia tidak lagi ditangani oleh Inggris dalam melakukan hubungan luar negerinya. Dan pada tahun 1909, Australia mengeluarkan undang-undang yang disebut The Defence Act. Australia mulai mengambil inisiatif sendiri pembinaan pertahanannya.

2.2 Fase Sebelum Perang Dunia I
Dilihat dari pengaturan dan pembinaan hubungan luar negeri, tanggal 1 Januari 1901 belumlah merupakan saat permulaan Australia merdeka dan berdaulat secara penuh. Pada awal berdirinya Common wealth of Australia merupakan tonggak sejarah baru bagi Australia. Saat itu merupakan suatu era, dimana enam koloni yang tadinya berdiri sendiri secara terpisah-pisah, bergabung menjadi satu, sehingga Edward (1983) menyebutnya sebagai federasi kolonial. Saat itu satu bangsa siap untuk lahir yaitu Australia. Australia saat itu memasuki suatu era untuk mewujudkan semboyan “ a nation for a continent “( Russel Ward,1977 ) yang mana Australia memiliki wewenang untuk mengatur keadaan negaranya sendiri dan terbebas dari Inggris , akan tetapi meskipun keadaan demikian Australia belumlah mampu untuk menjalankan Negara itu sendirian, Australia masih membutuhkan bantuan dari Negara lain terutama dari negara Induknya yaitu Inggris.
Untuk urusan dalam negeri, Australia telah diberi kemerdekaan oleh Inggris, namun untuk urusan luar negeri Australia masih memerlukan pengawasan dari pemerintah Inggris. Australia belum memiliki kemerdekaan penuh untuk urusan luar negeri. Keadaan seperti ini berlangsung karena beberapa keadaan yang mendukung, rakyat dan pemerintah Australia tidak berkeberatan atas pengendalian Inggris terhadap politik luar negerinya. Malah sebaliknya, terdapat suatu ikatan perasaan yang kuat dengan Inggris. Bangsa Australia senang menjadi anggota Inggris Raya.
Sesuai dengan keadaan saat itu, serta hubungan sejarahnya yang sangat dekat dengan Inggris, maka pada tahun awal berdirinya, politik luar negeri Australia bersandar pada pemerintah Inggris. Semua hubungan dengan bangsa lain masih harus diatur oleh pemerintah Inggris, sebagai contoh yaitu yang melibatkan bidang pertahanan, untuk mempertahankan diri dari serangan musuh Australia masih bersandar pada angkatan bersenjata milik Inggris yang saat itu terkenal sangat baik dalam urusan berperang.
Pada saat itu lahirlah sebuah pendapat dari kalangan pemerintah federal Australia bahwa “tidak ada perbedaan kepentingan antara Australia dengan Inggris”. Namun akhirnya pendapat ini diuji oleh adanya kepentingan Australia akan suatu pulau di atas mereka yaitu Irian. Keadaan ini telah lebih dahulu disadari oleh Quensland. Quensland menyadari akan perlunya dilakukan pendudukan atas wilayah Irian tersebut guna menghindarkan Australia dari datangnya serangan musuh. Namun akibat dari letak yang sangat jauh dari negara Induknya Inggris, Australia tidak banyak mendapatkan dukungan dari Inggris, meskipun akhirnya Inggris memberikan bantuan sedikit terhadap Australia untuk mempertahankan ataupun menduduki Quensland. Semua itu karena Inggris mengannggap bahwa keadaan tersebut tidak terlalu penting. Akibat dari adanya keadaan yang demikian pemerintah Australia mulai berpikir bagaimana caranya mereka mempertahankan diri mereka sendiri tanpa harus selalu mengharapkan bantuan dari Inggris.
Sejak saat itu Australia melakukan inisiatif sendiri untuk menguasai Irian agar dapat mempertahankan diri mereka dari serangan bangsa luar, terlebih lagi setelah terdengar kabar bahwa akan diadakannya pendudukan oleh Jerman di kawasan Irian lainnya yaitu bagian utara Irian dan pulau-pulau penting lainnya. Kebangunan Asia yang ditimbulkan oleh kemenangan Jepang akan Rusia, nampaknya samar-samar mulai menyadarkan para politisi Australia. Mereka mulai menyadari akan kebangkitannya dunia timur. Ketika pada tahun 1906 pemerintah Inggris menyerahkan tanggung jawab pemerintahan British New Guinea kepada pemerintah Australia.
Pada tahu 1907, bersama-sama dengan koloni yang lain, Australia diberi status dominion. Dengan demikian, statusnya sebagai koloni Inggris selama ini mulai ditinggalkan. Status dominion ini memungkinkan Australia mulai memikirkan untuk melakukan sendiri segala hubungan luar negerinya. Untuk selanjutnya Australia tidak lagi harus ditangani oleh Inggris dalam melakukan hubungan luar negerinya, bahkan sebaliknya Inggrislah yang harus berkonsultasi kepada Australia dalam melaksanakan politik luar negeri, karena terikat oleh kebersamaan dalam British Commonwealth of Nation.
Dalam tahun 1909 Australia mengeluarkan undang-undang yang disebut The Defence Act. Australia mulai mengambil inisiatif sendiri pembinaan pertahanannya. Di Inggris mulai dibangun kapal-kapal perang untuk angkatan laut Australia. Untuk lebih mempersiapkan diri dalam pertahanan ini, sejak tahun-tahun 1911 pemerintah Australia mengharuskan warganya yang memenuhi syarat untuk mengikuti latihan kemiliteran. Angkatan darat pun mulai dibangun, dan dalam tahun 1911 Akademi Militer dibuka di Duntroom. Dalam tahun 1913 squadron pertama Royal Australian Navy memasuki teluk Sydney. Semuanya ini merupakan unsur-unsur penting bagi Australia dalam rangka menampilkan diri sebagai bangsa yang mampu berdiri sendiri, tanpa menyandarkan diri pada Inggris. Namun sampai dengan PD I meletus, Australia belum memiliki kantor perwakilan Australia di luar Negara anggota British Commonwealth of Nations.

2.3 Australia pada Masa Perang Dunia I
Selama perang dunia pertama berlangsung. Australia selalu berada dibelakang Inggris. Inggris selalu membantu Australia terutama di bidang militer. Australia masih bersandar pada angkatan bersenjata milik Inggris yang dikenal baik dalam urusan berperang.
Alasan Inggris selalu membantu Australia karena:
a) Australia merupakan negara bekas koloni Inggris, meskipun sudah berdiri sendiri namun ikatan tersebut masih terjaga.
b) Rakyat dan pemerintah Australia tidak merasa keberatan atas campur tangan Inggris terhadap politik luar negerinya.
c) Pada saat itu angkatan perang Australia relatif masih sangat lemah dan kecil.
d) Australia membutuhkan perlindungan dan bantuan Inggris untuk kemanan serta pertahanan wilayahnya.
Dalam perang dunia pertama, Australia berperang menghadapi beberapa negara, yaitu:
a) Tahun 1914, Australia menghadapi Jerman di New Guinea dan pada saat itu pula Guinea menyerah.
b) Australia diberangkatkan menuju Timur Tengah dan kawasan Eropa untuk membantu pasukan Inggris melawan pasukan Jermen, Australia dan Turki. Pada 9 November 1914, pasukan Australia berhasil menenggelamkan kapal Emden (kapal perang Jerman) yang berada di Samudra Hindia.
c) ANZAC yaitu pasukan gabungan Australia dan New Zealand Army Corps, bersama-sama dengan pasukan Inggris dan Perancis bermaksud membantu Rusia yang pada saat itu mengalami tekanan dari pihak Jerman. Namun upaya ini mengalami kagagalan.
Setelah perang dunia pertama usai, timbul kesadaran dalam diri rakyat Australia bahwa Australia berhak disejajarkan dengan negara-negara lain yang sudah lama berdiri. Perdana menteri Australia, William Highes mendesak agar Australia diakui dan memiliki hak yang sama dengan bangsa merdeka lainnya. Dan pada akhinya tuntutan Highes tersebut dikabulkan oleh Inggris. Untuk pertama kalinya Australia mendatangani perundingan perdamaian Versailles. Dan ketika Liga Bangsa-Bangsa di bentuk, Australia ikut menjadi anggota di dalamnya.
Pada tahun 1931, Atatue Of West Minster secara resmi mengakhiri kekuasaan Inggris. Dengan demikian Inggris tidak lagi berkuasa untuk mengawasi hubungan luar negeri Australia. Namun Australia masih tetap mengandalkan Inggris dalam kepentingan luar negerinya.

2.4 Hubungan Luar Negeri Australia Pada Masa Perang Dunia I Sampai Dengan Perang Dunia II
Pada masa berlangsungnya Perang Dunia I, Australia selalu berada di belakang kekuasaan pemerintahan Inggris. Inggris yang senantiasa membantu Australia terutama dalam bidang militer seperti halnya angkatan perang yang pada saat itu didukung oleh 2000 pasukan untuk menghantam Jerman di New Guine, dan pada saat itupula Guinea menyerah (1914). Selama berlangsungnya Perang Dunia I kurang lebih sebanyak 300.000 pasukan Australia diberangkatkan menuju daerah Timur Tengah dan kawasan Eropa dengan dalih untuk membantu pasukan Inggris dan sekutu-sekutunya melawan pasukan Jerman, Austria, dan Turki. Kapal-kapal Australia berusaha memburu dan menyerang kapal-kapal Perang Jerman yang mana pada saat itu ditempatkan di Fasifik. Pada saat Angkatan laut Australia mengetahui bahwa kapal perang Jerman yang bernama Emden berada disekitar pulau Cocos yang berada di samudera Hindia, dan pada saat itu pulalah kapal perang Australia yang bernama Sydney  dengan kecepatan penuh segera mengejarnya.  Pertempuran laut pun terjadi kurang lebih selama 2 jam, pada tanggal 9 November 1914, Sedney berhasil menenggelamkan Emden. Hal ini merupakan pengalaman perang yang pertama kalinya bagi Angkatan laut Australia yang diakhiri oleh kemenangan.
Pada tahun 1915, pemerintahan Inggris memutuskan untuk dapat menguasai Selat Dardanella dengan dalih supaya dapat mengirimkan bantuan kepada Rusia yang saat itu mengalami tekanan dari pihak Jerman, dan Turki. Untuk itu, pasukan gabungan Australia dan New Zealand yang dikenal dengan sebutan ANZAC yaitu Australia and New Zealand Army Corps. Bersama-sama dengan pasukan Inggris dan Perancis mendarat di pantai Semenanjung Galipoli. Setelah bertempur selama kurang lebih delapan bulan, pasukan ini menglami kegagalan dalam mencapai tujuan. dan dalam bulan Januari 1916 ditarik ke Mesir., dimana pada saat itu terjadi lagi suatu pengelompokan baru.
Pertempuran yang terjadi di Gallipoli ini memakan korban kurang lebih 146.000 orang. 27.000 orang diantaranya meninggal termasuk hamper 8.000 pasukan perang Australia dan 1.500 orang pasukan New Zealand dalam bulan Mei 1916.  selama perang Dunia I Australia banyak kehilangan pasukan perang kurang yang jumlahnya lebih dari 60.000 orang. Dan setelah Perang Dunia I usai , mulai timbul sebuah kesadaran dalam diri rakyat Australia bahwasanya Australia berhak disejajarkan dengan Negara-negara lain yang sudah lama berdiri. Pemerintah dan rakyat Australia menuntut pengakuan penuh sebagai Negara yang berdaulat sepenuhnya. Dalam perundingan-perundingan perdamaian Versailles, perdana mentri Australia William Highes, mendesak supaya Australia diakui dan memiliki hak yang sama dengan bangsa-bangsa merdeka lainnya. Pada akhirnya tuntutan dari Hughes tersebut dapat diterima oleh pihak Inggris , dan Australia bersama dengan Negara-negara dominion lainnya diberi izin untuk mengirimkan wakilnya sendiri.  Perjalanan Vesailles ini merupakan perjanjian dengan bangsa lain yang merupakan pertama kalinya ditandatangan oleh oleh Australia atas namanya sendiri. Pada saat liga Bangsa-bangsa dibentuk tidak ketinggalan Australia bersama dominion lainnya ikut serta menjadi anggota. Australia menjadapat kepercayaan menerima sebagian bekas daerah jajahan Jerman di Pasifik sebagai daerah mandate, antara lain kawasan Iran, Timur laut, dan kepulauan Bismarck serta bersama New Zealand dan Inggris menjadi wali atas pulau Nauru.
Pada tahun 1931, Atatue of Westminster secara resmi mengakhiri kekuasaan palemen Inggris atas Negara-negara dominion. Dengan demikian, Inggris tidak lagi berkuasa untuk mengawasi hubungan luar Negeri Australia. Mulai saat itu, Australia mendapatkan kemerdekaan yang penuh, dan menyatakan perang serta membuat perang serta membuat perdamaian dengan Negara lain tanpa harus berkonsultasi dengan Inggris terlebih dahulu. Namun dibalik semua itu, hubungan antara Australia  dengan Inggris masih tetap rapat. Australia masih tetap mengandalkan  Inggris  dalam kepentingan luar negeri dan secara tidak langsung Pemerintahan Australia masih mengikuti politik Inggris. Sela tahun 1940 Australia belum memiliki perwakilan di Negara lain. Australia masih merasa yakin akan kemampuan Inggris dengan jumlah angkatan laut serta jaringan kerja yang pangkalannya mampu untuk melindungi keamanan Australia. Mengadakan hubungan langsung dengan Negara lain pun belumlah dipandang sebagai hal yang penting, karena hubungan dengan Inggris sudah dianggap cukup memenuhi keperluannya.
Perang Dunia II diawali dengan adanya serangan Jerman terhadap Polandia pada tanggal 1 september 1939. tidak lama kemudia Inggris menyatakan perang terhadap Jerman. Australia juga segera menyatakan dukungannya terhadap Inggris. Dalam waktu yang relative singkat hamper seluruh kawasan Eropa telah digilas oleh Jerman yang melancarkan perang kilat bersama Italia, sehingga Inggris harus memperjuangkan pertahanan diri. Dua tahun berlalu setelah meletusnya Perang Dunia II, tepatnya tanggal 7 desember, Jepang menyerang pangkalan Amerika Serikat di Pearl Harbour. Perang pasifik berkobar, serangan Jepang inilah yang melibatkan Amerika Serikat secara langsung dalam kancah Perang dunia II. Jepang berhasil menguasai Malaya , Filipina, dan Indonesia. Serangan Jepang ini merupakan ancaman langsung bagi Australia. Menyadari bahwa Inggris tidak mungkin memberi bantuan, dan Australia pun meminta bantuan Angkatan Laut dan Angkatan Udara kepada Amerika Serikat. Australia pun dapat menghindari berbagai serbuan dari Jepang. Hal ini berdamapak tersendiri terhadap pandangan (outlook) Australia sebagai Negara yang berada di pasifik.

2.5 Hubungan Luar Negeri Australia Sesudah Perang Dunia II
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, banyak terjadi perubahan di seluruh bagian dunia. Perubahan yang menonjol adalah banyaknya daerah di Asia dan Afrika yang awalnya dijajah oleh bangsa-bangsa Eropa telah terlepas dan merdeka. Berakhirnya Perang Dunia II membuat Inggris kehilangan koloninya di Asia dan Inggris Raya, mengalami kemunduran.
            Perubahan-perubahan ini, berpengaruh pada politik luar negeri Australia. Australia yang pernah mendapat bantuan Amerika dalam menghindari serangan Jepang, telah membuat Australia perlahan-lahan lepas dari Inggris. Pada tahun 1951, Australia mulai mengadakan kerjasama dengan New Zealand dan Amerika Serikat. Kerjasama ini menghasilkan perjanjian yaitu perjanjian ANZUS TREATY. Perjanjian ini adalah perjanjian pertama yang di tandatangani Australia tanpa campur tangan Inggris.
            Berakhirnya Perang Dunia II ini menyadarkan Australia bahwa negaranya berada di wilayah Asia, khususnya wilayah Asia Tenggara, dan terletak di Pasifik. Dengan munculnya kesadaran tersebut, Australia mulai memiliki keinginan untuk menjalin hubungan baik dengan negara tetangganya. Pada tahun 1950, Australia berkeinginan untuk menderikan suatu organisasi yang menjadi wadah bagi negara-negara Asia (Asia Selatan dan Asia Tenggara) yang disebut dengan Colombo Plan.
            Latar belakang berdirinya Colombo Plan adalah adanya kesadaran bahwa kepentingan penduduk Asia meliputi kepentingan seperempat penduduk dunia. Colombo memiliki dua program pokok yaitu Economic Development Programmed dan Technical Cooperation Sceheme. Hasil yang telah ada dari program tersebut adalah adanya peningkatan dalam bidang produksi pertanian, pengairan, dan perluasan tanah yang di olah. Technical Cooperation Scheme bertidak sebagai penyedia para ahli untuk memberikan latihan bagi teknisi-teknisi dan member bantuan dalam berbagai proyek pembangunan. Selain itu para teknisi juga mendapat kesempatan mengikuti pendidikan dan latihan khusus di Australia. Walaupun Australia masih terikat oleh Inggris dalam British Commonwealth Of Nations, namun ikatan Inggris semakin longgar. Inggris tidak lagi menjadi partner dagang utama Australia, karena Australia lebih memilih Jepang dan negara-negara asean sebagai partner dagangnya. Sebagai negara yang ikut menanda tangani piagam PBB, Australia mulai aktif dalam berbagai kegiatan badan internasional.

Kemudian, Telah terjadi banyak perubahan dalam bidang politik di seluruh bagian dunia sesudah Perang Dunia II. Kumunis mulai menguasai beberapa Negara di Eropa, sehingga yang pada pertengahan abad ke-19 Eropa lekat dengan faham nasionalisme saat abad ke-20 berubah menjadi komunis dan nasionalisme berpindah berkembang di wilayah Asia dan Afrika. Perubahan yang signifikan terlihat dari banyaknya daerah di Asia dan Afrika yang awalnya dijajah oleh bangsa-bangsa Eropa telah terlepas dan merdeka sesudah Perang Dunia II, selain itu Indonesia yang ratusan tahun berada dibawah kekuasaan Belanda, berhasil memproklamasikan kemerdekaannya. Filipina yang tadinya berada dalam kekuasaan Amerika Serikat telah memperoleh kemerdekaannya. Daerah-daerah bekas jajahan Perancis di Asia dan Afrika juga sebagian berhasil memperoleh kemerdekaannya. Usainya Perang Dunia II telah membuat Inggris kehilangan koloninya di Asia dan sebagian besarnya mendapatkan kemerdekaannya. Inggris Raya yang dibangun pada abad ke-19 mengalami kemunduran total sesudah Perang Dunia II berakhir.
Australia yang merupakan Negara koloni Inggris sehingga dengan kata lain Inggris merupakan Negara induk Australia. Segala urusan yang berhubungan dengan Australia haruslah dibawah sepengetahuan Inggris. Namun dengan berakhirnya Perang Dunia II, Australia telah menyadari bahwa negaranya berada di wilayah Asia dan terletak di Pasifik. Pada tahun 1950-an faham komunis telah masuk ke Asia, Australia yang juga berada di Asia merasa terancam dengan menyebarnya komunisme tersebut, terlebih pada saat itu Indonesia yang merupakan Negara tetangga Australia telah mualai menyebar. Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, pada tahun 1954 Australia memutuskan untuk bergabung dengan organisasi pakta pertahanan bersama regional anti komunis di Asia Tenggara yang terkenal dengan nama SEATO.


2.6 Hubungan Bilateral Australia Dengan Indonesia
Indonesia menjadi salah satu negara yang mendapat sorotan dari kebijakan dan hubungan luar negeri Australia Indonesia di mata Australia merupakan salah satu negara di Pasifik Selatan yang tentu saja terletak di bagian utara Australia hubungan tersebut naik dan turun dipengaruhi oleh keadaan masing-masing negara dan dunia international.
            Di bidang ekonomi, kedua negara telah menanda tangani persetujuan dagang pada Desember 1959 yang di perbaharui pada November 1972. Sejak itu pertumbuhan neraca perdagangan menunjukan peningkatan kedua negara juga merintis kerjasama ekonomi di Laut Timur mengenai eksploitasi minyak dan gas. Di bidang pertahanan dan keamanan, cukup banyak program kegiatan yang dilakukan salah satunya yaitu kerjasama pertahanan (defence cooperation) yang disingkat DEPCO meliputi kegiatan seperti patroli bersama, latihan perang bersama, pemetaan pertama dan pertukaran personil.
            Pada tahun 1968, Australia dan Indonesia menandatangani perjanjian kebudayaan. Suatu perjajian kebudayaan pertama yang dibuat oleh Australia dengan negara lain. Tahun 1972, dicapai kesepakatan untuk mendirikan pusat kebudayaan Australia di Jakarta. Sedangkan dalam rangka Colombo Plan, Indonesia telah banyak memanfaatkan beberapa proyek terutama di bidang pendidikan, yaitu penanda tanganan naskah kerjasama pada Desember 1987 berupa bantuan tenaga pengajar Bahasa Indonesia untuk pengembangan kurikulum Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah dasar dan menengah Australia Utara, serta kerjasama dalam program pendidikan teknik dan kejuruan.
Hubungan kedua negara memang bukan sesuatu proses yang sesaat tetapi bukan juga sesuatu yang kekal. Hubungan tersebut naik dan turun berfluktuasi dipengaruhi oleh keadaan masing-masing negara dan dunia Internasional. Indonesia dimata Australia merupakan salah satu negara di Pasifik Selatan yang tentu saja terletak di bagian Utara Australia. Di bagian Utara ini, Indonesia terletak pada garis pasar ekonomi Australia di Asia Tenggara bersama dengan Papua New Guinea (PNG). Artinya Indonesia adalah salah satu tembok besar yang suatu saat akan menguntungkan Australia, tetapi juga suatu saat bisa menjadi ancaman bagi Australia.    
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terbentuknya commonwealth of australia pada tahun 1901, pada hakekatnya masih merupakan pembulaan koloni-koloni inggris diaustralia menjadi satu koloni. Sekalipun koloni itu sudah diberi kebebasan mengatur dirinya kedalam, namun urusan negeri tetap berada ditangan inggris. Pada tahun 1907, australia secara resmi memperoleh status dominion,namun dalam kenyataan politik luar negerinya tetap mengandalkan kepada inggris. dengan The Defence Act tahun 1909, australia mulai melengkapi dirinya dengan unsurangkatan bersnjata, suatu unsur yang memungkinkan dapat mempertahankan diri apabila ada serangan musuh dan tidak hanya mengandalkan keamananya pada angkatan laut inggris.
Selama perang dunia I, angkatan bersenjata australia diperbantukan pada pasukan inggris. Bergabung dengan angkatan bersenjata New Zealand dalam ANZAC, angkatan bersejata australia ikut tempur difront gallipoi,timur tengah, dan daratan eropa. Setelah perang dunia I selesai, australia sebagai suatu negara merdeka ikut aktif dalam perjanjian perdamaian versailles dan perjanjian-perjajian lain yang mengakhiri perang tersebut. Sebagai anggota liga bangsa-bangsa,australia diberi kepercayaan menerima tanggung jawab atas daerah-daerah mandat.
Perang dunia II merupakan peristiwa penting juga yang ikut berpengaruh terhadap politik luar negeri. Pengalamannya dalam perang pasifik, menyadarkan australia sebagai negara pasifik mempunyai kepentingan yang berbeda dengan inggris sebagai negara eropa. Hubungannya dengan AS makin dekat,bahkan bergabung dengan AS dalam dua pakta pertahanan bersama,yaitu ANZUS dan SEATO. Sebagai negara yang ikut menandatangani piagam pendirian PBB, australia aktif dalam kegiatan badan dunia tersebut. Dengan negara-negara sedang berkembang di asia selatan dan asia tenggara, australia menjalin hubungan kerjasama melalui lombo plan.
Hubungan bilateral Indonesia-Australia seringkali dibumbui oleh ketegangan-ketegangan yang sebenarnya tidak perlu kalau kedua negara mau dan berusaha meningakatkan saling pngertian. Perbedaan cultural dan sistem politik sesungguhnya tidak perlu mengorbankan hubungan bilateral Indonesia-Australia karena sekalipun dalam banyak hal terdapat perbedaan, kepentingan bersama seharusnya mengarahkan kegiatan kedua negara kepada kerjasama yang saling menguntungkan.























DAFTAR PUSTAKA
Julius Siboro. (1989). Sejarah Australia. Bandung : Tarsito

Tidak ada komentar:

Posting Komentar