REVOLUSI CINA 1911
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Timur
Yang Diampu OlehUmi Hartati,
M.Pd
Di Susun Oleh :
Fadhilah Syahidah 14220034
Ardi Firanata 14220023
M. Rijal Fadhli 14220020
Tri Sujatmiko 14220047
Veronica susanawati 14220017
UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PRORAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
April 2016
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang Timbulnya Nasionalisme Cina
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional, dan nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun eksternal. Nasionalisme ternyata sudah ada sejak zaman Nabi Ibrahim AS, beliau tidak menginginkan tanah air yang didiami hancur, rusak, dan dalam peperangan seperti terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 126 :
Artinya :
Dan
(ingatlah) tatkala berkata Ibrahim : Ya Tuhanku. Jadikanlah negeri ini negeri
yang aman, dan karuniakanlah kepada penduduknya dari berbagai
buah-buahan,(yaitu) barang siapa yang beriman di antara mereka kepada Allah dan
Hari Kemudian. Berfirman Dia: Dan orang-orang yang kafirpun, akan Aku beri
kesenangan untuk dia sementara, kemudian akan kami helakan dia kepada siksaan
neraka, yaitu seburuk buruk tujuan.
Adapun
latar belakang timbulnya nasionalisme bangsa Cina ialah :
1. Penyelewengan dan Kelemahan Bangsa Manchu
Dinasti
Manchu memerintah di Cina pada 1644-1911 M. Pemerintahan ini adalah
pemerintahan asing, sebab Bangsa Manchu bukan penduduk asli Cina. Maka tidak heran jika rakyat Cina merasakan
penderitaan. Melihat adanya keburukan dan penyelewengan-penyelewengan dari
Dinasti Manchu, maka rakyat Cina bergerak untuk melawan dan membebaskan diri
dari cengkraman dinasti asing tersebut. Adapun penyebabnya adalah :
a. Sesudah
kaisar besar Dinasti Manchu meninggal dunia, lenyaplah pula masa kemakmuran
Cina. Yang terjadi selanjutnya hanyalah kekacauan-kekacauan yang berpangkal
adanya perebutan kekuasaan diantara putra-putra kaisar. Kekacauan ini memberi
kesempatan pada bangsa-bangsa barat untuk mengeksploitasi kekayaan Cina. Banyak
bangsa barat yang dengan paksa ingin mendirikan pabrik-pabrik serta penguasaan
terhadap sumber-sumber bahan mentah.
b. Dinasti
Manchu memerintah dengan menggunakan sistem feodal, memperbudak rakyatnya.
Seolah-olah menjual negara Cina kepada negara barat. Inilah yang sebenarnya
menyebabkan rakyat Cina tidak lagi menaruh kepercayaan terhadap pemerintahan
Manchu. Ketidakpercayaan ini akan diwujudkan dalam berbagai pemberontakan,
salah satunya adalah pemberontakan T’ai Ping. Pemberontakan ini dipimpin
Hung-Siu Tsywan dengan program-programnya sebagai berikut :
Ø Bahan
makanan, pakaian, dan uang dijadikan milik bersama (sosialisme komunis).
Ø Tentara
harus memegang teguh kesusilaan, tidak boleh mabuk, merokok, menghisap candu
atau mengganggu keamanan rumah tangga serta kenaikan pangkat dalam ketentaraan
tidak ditentukan oleh atasan, tetapi diusulkan oleh para prajurit kepada
atasannya dan para prajurit itu bertanggung jawab terhadap nilai dan kecakapan
para perwira yang diusulkan.
c. Kekalahan Cina
dalam perang melawan Jepang 1895 M. Kekalahan Cina atas Jepang tersebut
prestise bangsa dan negara Cina menurun. Dulu sebagai “guru”, kini dikalahkan
oleh “bekas murid” nya. Kekalahan ini membuktikan bahwa betapa lemahnya
pemerintahan Manchu. Kekalahan ini sekaligus membukakan kesempatan bagi
bangsa-bangsa barat untuk menjadikan Cina sebagai daerah pengaruh mereka. Dalam
hal ini pemerintah Manchu tidak berdaya mencegahnya.
d. Korupsi dan pemborosan yang merajalela. Hal ini berpangkal pada tindakan Ibu Tzu His (kaisar janda tua) yang memiliki tentara nasional secara tidak
sah, untuk kepentingan pribadi. Tzu His
mengijinkan para pejabat untuk menjual jabatannya untuk kepentingan diri
sendiri.
2. Kesadaran Bangsa Cina
Perang anatara Cina-Jepang yang dilatarbelakangi ketika pemerintah Korea
menginginkan pembaharuan dalam negerinya. Pembaharuan ini tidak mungkin dapat
tercapai selama Cina masih di Korea. Korea lalu minta bantuan kepada Jepang,
untuk mengusir pasukan Cina dari Korea. Dengan demikian persengkataan Cina-Jepang
makin besar dan akhirnya meletuslah perang Cina-Jepang. Hal ini membukakan mata
bagi “golongan progresif” di Cina, sehingga mereka bukan saja mengetahui bahwa
Cina begitu lemah sehingga kalah dalam perang melawan “bekas murid”nya, Jepang,
melainkan mereka juga mengetahui bahwa Jepang yang kecil itu ternyata telah
menarik keuntungan dari ilmu pengetahuan barat sehingga dapat memodernisir diri
hingga akhirnya dapat memenangkan perang melawan Cina. Yang dimaksud “golongan
progresif” ini adalah kaum intelektual, seperti pelajar, mahasiswa, maupun
cendikiawan. Dari golongan ini muncullah gerakan yang bercita-cita untuk menggulingkan
pemerintahan Manchu. Keburukan-keburukan para pembesar Dinasti Manchu yang
diketahui oleh “golongan progresif” tersebut memicu berkobarnya semangat
nasionalisme Cina. Kekalahan Dinasti Manchu dalam
pergulatan militer atau perang dan diplomatik dengan negara-negara barat
semakin melenyapkan kepercayaan rakyat. Semuanya ini menyebabkan “golongan
progresif” yang revolusioner tersebut semakin agresif. Mereka makin merasakan bahwa saat-saat untuk bergerak
telah diambang pintu.
Adanya kekacauan di Cina dapat terlihat dari banyaknya peperangan yang
kemudian berakhir dengan perjanjian-perjanjian yang akhirnya merugikan Cina.
Hal tersebut semakin menyadarkan rakyat Cina bahwa meluasnya pengaruh
bangsa-bangsa asing (barat) akan sangat membahayakan. Karena sebagian besar
daerah Cina telah terbagi-bagi di bawah pengaruh bangsa-bangsa barat, dengan
hak ekstratorialnya.
B. Riwayat
Singkat Dr. Sun Yat Sen dan Cita-Citanya
1. Riwayat Singkat Dr. Sun Yat Sen
Sun Yat Sen adalah salah seorang intelek yang memerhatikan berbagai kondisi
yang di hadapi Cina. Ia juga berusaha untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Menurutnya penindasan dengan ekonomi
lebih kejam dari pada penindasan dengan bidang politik. Dr. Sun Yat Sen lahir
dari keluarga petani pada 12 November 1866, di desa Cuiheng,
Xiangshan, sebuah kota kecil kota Guangdong.
Pada awalnya pendidikannya Sun Yat Sen menerima pendidikan Cina tradisional. Pada tahun 1878, Sun Yat Sen
ikut kakaknya Sun Mei yang telah menjadi pengusaha di Hawai. Sun Mei
mendaftarkan Sun Yat Sen bersekolah di Lolani College,
kemudian di Oahu College, sebuah sekolah misionaris. Di Hawai Sun menerima
pendidikan barat dan dapat menguasai Bahasa Inggris. Setelah 4 tahun di Hawai, Sun Yat Sen menyatakan
keinginannya untuk di baptis, tetapi kakaknya mengirimnya kembali ke Cina dikarenakan
ayahnya yang tidak setuju. Setibanya di kampung halamanya Sun membuat masalah
dengan menghancurkan patung dewa setempat. Ia ingin menunjukkan bahwa patung
yang di anggap dewa tersebut tidak berdaya. Tindakannya itu sangat
menggemparkan sehingga ia di suruh untuk meninggalkan desanya. Ia pun pergi ke
Hongkong.
Pada tahun 1884 Sun mendaftar ke Queen’s College. Di sana ia menjadi
seorang protestan. Setelah itu, Sun menjalankan tugas di sebuah sekolah medis
misionaris di Guangzhou. Selama priode ini Sun Yat Sen sering mengunjungi
desanya. Kemudian dia menikah dengan nona Lu pada tahun 1884. Denganya Sun Yat
Sen memiliki 3 orang anak, tetapi Sun
jarang mengunjungi mereka dalam 3 dekade. Setelah menyelesaikan sekolah
kedokterannya, Sun Yat Sen berusaha membuka praktik di Hongkong dan Macao. Namun usahanya gagal, dan karir medisnya melemah. Ia beralih untuk memasuki bidang politik dengan
berusaha menarik perhatian Li Hong Zhang. Dia pergi ke Tanjing dengan membawa
sebuah petisi yang berisi metode untuk menyarankan modernisasi Cina. Pada
awalnya Sun Yat Sen tidak secara terbuka mengungkapkan rencana revolusionernya
tersebut. Dia meminta Li untuk mempekerjakanya dan membantunya untuk memperoleh
paspor untuk perjalanan Sun ke Prancis dan negara lain.
Pada petisinya itu Sun menekankan bahwa Li Gan pejabat lain pada
pemerintahan Manchu seharusnya mempekerjakan orang yang telah terlatih dengan
pelatihan yang sudah modern guna membantu pemerintah Manchu dalam mereformasi
Cina. Dalam petisinya tersebut Sun Yat Sen menggunakan istilah Minsheng, sebuah
frase kuno yang di gunakan oleh beberapa reformis Cina dan menjadi ketiga prinsip rakyat (Sanmin Zhuyi). Namun Li Hong Zhang menolak untuk bertemu dengan Sun Yat Sen. Setelah
kejadianya itu Sun Yat Sen melepaskan karir medisnya dan pergi ke Honolulu. Di
sana Sun Yat Sen membentuk organisasi politik, Xing Zhongghui bersama 20 teman Cina yang dari Hawai dan Canton termasuk kakaknya.
Organisasi politik itu menandai kegiatan politis Sun Yat Sen.
Sementara itu di Cina, kekuatan militer Jepang semakin besar pada perang
Cina Jepang. Pada saat itu Sun Yat Sen memutuskan untuk menggerakkan sebuah
reformasi karena waktunya di anggap tepat. Sun bergegas untuk ke Hongkong dan Canton untuk mengesahkan cabang-cabang
Xing Zhonghui. Di Hongkong Sun Yat Sen bersama teman-temanya revolusioner lainnya mulai mengorganisir
pemberontakan di Canton, dengan harapan pemberontakan akan menyebar ke seluruh
provinsi.
Pemberontakan di rencanakan 26 Oktober 1895 namun rencana tersebut tidak
terwujud. Seseorang telah melaporkan
rencana tersebut pada pejabat Hongkong sehari sebelum pemberontakan Sun Yat Sen
melarikan diri ke Makao. Saat tiba Sun melihat poster yang mengumumkan hadiah
bagi siapa yang dapat menangkap dia sebesar 10 tail. Kemudian Sun pergi lagi ke
Hongkong. Meskipun telah keluar dari daerah kekuasaan
Manchu, tetapi Beijing dapat meminta ekstradisi dari pemerintahan kolonial
Inggris. Akhirnya Sun Yat Sen memutuskan untuk keluar dari Hongkong.
Pada tanggal 12 November 1895 Sun tiba di Kobe Jepang. Setibanya
di Jepang dia merasa tersanjung melihat di salah satu koran dirinya digambarkan
sebagai tokoh revolusioner Cina. Disana Sun membuat cabang Xing Zhonghui. Kemudian
dia memutuskan untuk berkunjung ke Amerika untuk memperoleh dana dari
orang-orang Cina di Amerika Utara. Dia berharap dapat memperoleh dana dan
membangun cabang Xing Zhonghui namun gagal dikarenakan orang Cina yang ada di
sana sangat tidak antusias dengan ide revolusioner yang disampaikan oleh Sun.
Pada 1 Oktober 1896 Sun tiba di London. Kedatanganya
disambut oleh Dr. James Canstlie, dosen Sun sewaktu di Hongkong Medical College. Tidak jauh dari kediamannya terdapat
kedutaan Cina. Canstlie memperingatkan Sun untuk menjauhi kedutaan namun Sun
merasa kantor luar negeri Inggris menolak untuk menuruti
permintaan mentri Cina untuk ekstradisinya maka Sun merasa aman berkunjung ke kedutaan.
Yakin penyamaranya akan menyembunyikan identitasnya. Pada 10 Oktober Sun pergi
ke kedutaan. Sun membuat janji untuk
mengadakan pertemuan di hari berikutnya. Ketika Sun
kembali dari pertemuan dia langsung ditahan. Setelah diberitahukan akan dikirim
ke Cina, Sun meminta tolong pada pelayan
kedutaan untuk menyampaikan pesan pada Castlie secara diam-diam. Setelah
membaca pesan tersebut Castlie langsung meminta batuan pada kantor luar negeri namun tak ada tanggapan. Castlie pun
langsung beralih ke pers. Dia megirim surat ke koran London “revolusiner Cina
di culik di London” dan menjadi tajuk di London globe edisi sore 22 Oktober
1896. Berita penculikan itu tersebar di seluruh London. Duta besar Manchu dipaksa untuk membebaskan Sun dan keesokan
harinya Sun dibebasakan.
Selama
persinggahanya di Inggris Sun Yat Sen menghabiskan beberapa waktunya di museum
Inggris. Dia membaca karya-karya Rousseau, Montesquieu, Karl Marx, Charles Darwin, John Struart
Mill dan Henry George. Konsep-konsep yang diserap Sun menjadi
landasan teori untuk memulihkan Cina. Dari
pengalamannya di Inggris Sun menyadari bahwa kekuatan dan kemakmuran
pemerintahan Eropa tidak dapat memberikan kebahagian rakyat secara menyeluruh. Kemudian Sun Yat Sen mulai merumuskan San Min Zhuyi (3 prinsip rakyat) yaitu nasionalis, demokratis, dan kesejahteraan.
Pada Juni
1897 Sun pergi ke Jepang untuk kembali merencanakan pemberontakan revolusioner
di Cina. Selama gerakan Boxer pada 1900, Sun
merasa saat itu merupakan waktu yang tepat untuk memberontak. Bulan Oktober Sun
mengarahkan pemimpin Xing Zhoughui dengan 600 anggota serikat rahasia untuk
memberontak di Huizhou, namun karena campur tangan pemerintah Jepang usaha
tersebut gagal. Kemudian Sun kembali ke Honolulu pada tahun 1903. Setelah mengalami dua kegagalan pada pemberontakannya,
Sun berkunjung ke negara-negara di Asia Tenggara untuk meminta dukungan dari
orang-orang Cina yang tinggal di sana.
Pada 10
Oktober 1911 saat Sun tiba di Denver, pemberontakan Wunchang terjadi. Setelah kemenangan itu Sun meninggalkan Amerika dan
pergi ke Eropa. Sun berusaha meyakinkan pemerintah
Inggris dan Prancis untuk mendukung revolusi Cina. Setelah itu, Sun kembali ke
Cina dan diangkat menjadi presiden pertama Republik Cina pada 1 Januari 1912. Amerika menjadi negara pertama yang mengakui
pemerintahan tersebut. Setelah pemerintah dilantik Nanjing,
Sun memenghadapi masalah yang sulit dalam membangun pemerintahan yang bersatu
dan demokratis. Pemerintah Manchu masih mengontrol
Cina Utara dan kaisar masih berkuasa di Beijing. Untuk dapat menyatukan negeri, Sun bernegosiasi dengan
Yuan Shi Kai, seorang komandan tentara kekaisaran Beijing. Yuan Shi Kai bersedia bekerjasama dengan Sun untuk
menyuruh Kaisar turun tahta asalkan dia menjadi presiden pada pemerintahan
baru. Demi persatuan rakyat Cina, Sun setuju untuk melepaskan jabatan presidennya
dan memberikan kepada Yuan Shi Kai. Pada 1 April 1912 Sun
secara resmi melepaskan jabatanya. Kaisar pun turun tahta.
2. Cita-Cita dan Ajaran Sun Yat Sen
Sun Yat Sen memiliki cita-cita lenyapnya Dinasti Manchu dan selanjutnya Cina akan diatur dan diperintah oleh bangsa
Cina sendiri. Pemerintahan yang diinginkan ialah Republik yang demokratis, Cina harus merupakan negara kesatuan. Menurut Dr. Sun Yat Sen, demokratis terdiri dari 3
dasar, yaitu:
a. Min T’sen (Nasionalisme)
Min t’sen dalam bahasa Inggris berarti nation,
artinya terkandung di dalamnya adalah bangsa dan negara. Ini dimaksudkan bahwa
Sun Yat Sen menghendaki adanya satu bangsa dan
satu negara yakni bangsa atau negara Cina sebagai kesatuan. Asas ini diletakkan
paling atas, karena langsung menyangkut bangsa-bangsa barat yang telah membagi
bangsa Cina sebagai bangsa pengaruh atau eksploitasi mereka. Di samping itu
juga menyangkut pemerintahan Manchu yang telah menginjak-injak kemerdekaan
bangsa Cina. Mereka inilah yang harus dilenyapkan.
b. Min Chu (Demokratis)
Ini berarti
pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara adalah rakyat. Pemerintahan di jalankan oleh rakyat, dari rakyat dan
untuk rakyat. Sun Yat Sen menginginkan
pemerintahan Cina yang baru adalah Republik yang demokratis. Sehubungan dengan itu maka pemerintahan yang monarki
harus dilenyapkan. Karena pemerintahan monarki akan mudah digunakan sebagai
alat bagi raja atau kaisar untuk melampiaskan kesenangannya. Perubahan
bentuk pemerintahan ini dapat dicapai hanya dengan revolusi.
c. Min Sheng (Sosialisme)
Min sheng sebenarnya berarti menghidupkan. Sun Yat Sen
cenderung menerima asas penghidupan. Jadi
sosialisme juga berarti kesejahteraan rakyat. Artinya seluruh rakyat harus dapat mencari nafkah yang
serba cukup untuk kehidupan yang lebih layak. Dengan Sanmin Zhuyi ini Sun Yat Sen ingin membawa yang merdeka dengan satu
pemerintahan pusat yang demokratis dan dalam kehidupan yang layak yang sejajar
dengan bangsa-bangsa di dunia.
Sejak 1905
banyak sekali mahasiswa Cina yang belajar ke Jepang. Mereka tertarik pada ajaran Sun Yat Sen untuk itu
mereka mendirikan perkumpulan Kuo Tung Meng Hui, di Tokyo.
Tujuan perkumpulan
ini:
a. Mengusir bangsa
Tartar, bangsa Manchu dianggap bangsa Tartar.
b. Merebut Cina kembali dari Dinasti Manchu.
c. Membangun
suatu republik.
d. Menyamaratakan
kepemilikan tanah.
C. Revolusi
Meletus di Cina Selatan
Mengapa revolusi Cina 1011 M meletus untuk pertama kalinya di Cina bagian
selatan (Canton)? Sebab Canton adalah pusat kegiatan dagang, pusat pertemuan
berbagai bangsa. Perhubungan dengan dunia luar misalnya dilakukan melalui
Canton, masuklah paham-paham, ide-ide dan pikiran barat yang liberal. Dari
provinsi Kwangtung pula muncul tokoh-tokoh perjuangan nasional, seperti Sun Yat
Sen yang mampu menghimpun mahasiswa Cina yang belajar di luar negeri,
orang-orang Cina yang progresif. Mereka bersatu dan menggulingkan pemerintahan
Dinasti Manchu dan mengusir atau melenyapkan segala macam pengaruh
bangsa-bangsa barat dengan hak-hak istimewa mereka. Karena letaknya yang
strategis, maka Canton adalah paling terbuka untuk perhubungan dengan negara
lain. Selain itu rakyat yang tinggal di Cina Selatan tergolong rakyat yang
cerdas dan kuat. Gerakan anti-bangsa asing yakni bangsa Manchu dan Barat,
semuanya berpusat di Selatan.
D. Peristiwa-Peristiwa Sebelum Revolusi Cina 1911
Revolusi Cina diawali adanya
beberapa peristiwa berikut :
1. Perang Candu
1 ( 1839-1842)
Perang Candu 1 terjadi ketika 20.000 ton Candu milik orang Inggris di Kanton-Cina dibakar
orang-orang Cina atas perintah Manchu. Inggris marah dan meyerbu Kanton. Manchu
tak mampu menghadapi serangan Inggris dan Cina menyerah pada Inggris. Perang
diakhiri perjanjian Nanking 1842 yang berisi ketentuan sebagai berikut :
a. Inggris berhak mendapatkan Hongkong.
b. Inggris mendapatkan hak Ekstratorial.
c. Lima pelabuhan Cina dibuka untuk bangsa asing.
d. Cina membayar kerugian perang.
Dampak perang Candu 1 adalah Cina terbuka lebar untuk
bangsa asing dan kedaulatan Cina diinjak-injak bangsa asing.
2. Perang Candu
2 (1856-1880)
Merupakan bagian dari perang Candu 1 yang
penyelesaiannya dirasa tidak adil, terutama bagi pihak Cina. Sebab perang Candu
2 adalah kapal Tiongkok berbendera Inggris ditahan pihak Cina dan Padri Prancis di Kwangsi dibunuh karena tidak memiliki
surat ijin masuk ke Cina. Perang dengan mudah dimenangkan pihak Inggris dan
diakhiri perjanjian Peing 1860 yang isinya sebagai berikut :
a. Sebelas pelabuhan Cina dibuka lagi untuk bangsa asing.
b. Jawatan Bea Cukai Cina dipegang badan internasional
yang terdiri atas Inggris, Prancis, dan AS.
c. Di istana Kaisar di Peking ditempatkan Dubes Inggris.
d. Cina terbuka bagi bangsa asing.
3. Pemberontakan
Taiping (1850-1864)
Pemberontakan Taiping terjadi
karena:
a. Manchu dianggap lemah terhadap bangsa asing yang makin merajalela di Cina. Ini sebagai
dampak pembukaan Cina setelah kalah dalam Perang Candu 1 dan 2.
b. Timbulnya penderitaan dan kesengsaraan rakyat akibat
pemerintahan feodal Manchu.
c. Timbulnya keinginan rakyat untuk membangun masyarakat
baru yang bahagia, sama rasa, dan sama rata.
Pemberontakan Taiping dipimpin oleh Hung Siu Tsjawan,
seorang Masehi yang berpaham sosialis.
Pemberontakan Taiping berhasil dipadamkan tentara Manchu.
4. Pemberontakan
Boxer (1900-1901)
Pemberontakan Boxer disebut juga dengan tinju keadilan. Pemberontakan Boxer merupakan
pemberontakan terbesar kedua di Cina.
Pemberontakan ini terjadi karena rakyat Cina merasa tidak puas terhadap keadaan
yang terjadi di Cina. Pimpinannya adalah Ratu Tze Sji. Disebut pemberontakan
Boxer karena para prajuritnya dibekali dengan kemahiran bertinju. Pemberontakan
Boxer dapat ditumpas dengan kejam oleh tentara asing di Cina dipimpin oleh Jendral
Von Walderse dan diakhiri dengan perjanjian protokol yang isinya Cina harus
membayar rampasan perang. Pemberontakan Boxer yang hampir saja meruntuhkan
kekuasaan asing di Cina yang berakibat:
a. Tiongkok
jatuh ke tangan bangsa asing, bahkan bangsa asing akan membagi tiongkok di
antara mereka sendiri. Rencana ini ditentang Amerika dan Amerika memberlakukan
dijalankan “ Open Door Policy” bagi seluruh dunia, akhirnya Tiongkok tidak jadi
dibagi-bagi.
b. Ratu Tze
Sji sadar bahwa bangsa tidak bisa
dilawan dengan kekerasan, untuk membebaskan diri dari bangsa asing rakyat
Tiongkok harus maju, belajar, dan memodernisasi negaranya seperti Jepang.
E. Jalannya
Revolusi Cina 1911
Secara
kronologis, jalannya Revolusi Cina 1911 M dikemukakan sebagai berikut:
1. Pada waktu Cina masih berperang melawan Jepang (1894-1895) kesempatan ini
digunakan oleh Dr. Sun Yat Sen untuk mengadakan
gerakan yang merampas Canton untuk dijadikan pusat revolusi tetapi upaya ini gagal.
2. Pada waktu Cina sedang terjadi pemberontakan Boxers (1900 M). Pemberontakan ini meletus dan berkobar di Peking. Pada
saat meletusnya pemberontakan itu seorang duta besar Jerman terbunuh sedangkan
kedaulatan-kedaulatan asing lainnya diserang, namun tentara bangsa asing di
bawah pimpinan Jendral Von Waldersee berhasil menindas pemberontakan boxers dan
menduduki Peking. Ratu Tzu Hsi menyerah dan menandatangani Protokol Boxer (the boxers
protocol) 7 September 1901. Perundingan itu yang juga disebut
Protokol Boxer antaranya berisi:
a. China harus
mengirimkan utusannya ke Jerman dan Jepang untuk secara khusus menyampaikan
permohonan maafnya, serta ditempat terbunuhnya Von
Kitteler akan didirikan tugu peringatan.
b. Di kota-kota
yang pernah orang asing terbunuh atau teraniaya tidak diadakan ujian negara selama lima tahun.
c. China harus
membayar ganti rugi perang sebesar 450 juta tael (sekitar 333.900.000 dolar AS) yang harus dibayar dalam waktu 39 tahun.
d. Di
kedutaan-kedutaan asing harus ditempatkan pasukan pengawal permanen, penduduk, dan polisi China harus dikeluarkan dari tempat
tempat tersebut.
e. Benteng-benteng
Taku dihancurkan.
Masa pemberontakan
itu digunakan oleh Dr. Sun Yat Sen dan kaum revolusioner
untuk memberontak, tetapi upaya ini masih gagal.
3. Pada 27
April 1911 M di bawah pimpinan Huan Hsing, kaum revolusioner dan
anggota-anggota Tung Meng Hui melakukan pemberontakan di Canton. Pemberontakan
ini mengalami kegagalan lagi, meskipun demikian semangat revolusi tidak
berhenti sampai disini.
4. Pada 9 Oktober
1911 M meledaklah bom di salah satu gudang rahasia milik perkumpulan Tung Meng
Hui di provinsi Hupeh. Banyak prajurit ditangkap, dokumen-dokumen rahasia kaum
revolusioner dirampas oleh raja muda di Hupeh yaitu Jui Chang.
5. Pertempuran
yang hebat terjadi ketika merebut kota Wuchang pada 10 Oktober 1911, yang
sering disebut dengan istilah “Wuchang
Day, Doble Ten Nineteen Eleven”. Wuchang sendiri adalah ibukota provinsi
Hupeh. Sebelum terjadi pertempuran, pasukan revolusioner memotong rambutnya
yang panjang terlebih dahulu, yang sebelumnya diwajibkan oleh pemerintah Manchu
sebagai tanda rakyat taklukan. Pada waktu itu tidak ada seorangpun pemimpin di
pihak kaum revolusioner. Dr. Sun Yat Sen sendiri sedang berada di Amerika
Serikat, demikian juga pemimpin yang lain juga belum datang. Dengan situasi
yang demikian, kemudian pasukan revolusioner mengangkat Li Yuang Hung (seorang
kolonel dalam tentara Manchu) untuk memihak kaum revolusioner dan sekaligus
sebagai pemipin. Kemudian Li Yuan Hung mengumumkan bahwa pemerintahan Manchu
telah digulingkan dan mengumumkan berdirinya Republik China.
6. Pada 12
Oktober 1911 provinsi-provinsi, satu persatu direbut oleh pasukan revolusi.
Akibatnya dari 18 provinsi tinggal 2 provinsi saja yang masih dapat
dipertahankan oleh tentara Manchu, yaitu propinsi Honan dan Chihli. Dalam
suasana yang sudah terpojok, pemerintah Manchu mengangkat kembali bekas opsirnya
yaitu Yuan Shih K’ai sebagai raja muda.
7. Selanjutnya
pemerintah Manchu bersidang dan mengambil keputusan bahwa:
a. Adanya
kekacauan dan peperangan adalah kesalahan pemerintah Manchu.
b. Undang-undang
dasar negara harus disusun untuk memperbaiki keadaan.
c. Kabinet baru
harus disusun dan tidak perlu mengikutsertakan keluarga kaisar atau para
bangsawan karena hal ini tidak sesuai dengan keinginan rakyat.
d. Akan mengadakan pengampunan kepada orang-orang bekas pemberontak.
Setelah revolusi di Wuchang, pemerintah Dinasti Manchu sebenarnya sudah
sangat ketakutan. Karena itu pemerintah Dinasti Manchu mencoba membelokkan cita-cita kaum revolusiaoner dengan tindakan perbaikan
pemerintahan. Untuk itu Yuan Shih K’ai diangkat sebagai perdana menteri oleh
dewan nasional sebagai pengganti pangeran Ch’ing yang meletakkan jabatannya.
8.
Pada 11 November 1911 M pasukan
revolusioner menuntut agar kaisar Manchu terakhir yang masih kanak-kanak untuk
turun tahta. Sebagai reaksi di pihak Manchu ialah
mengngkat Yuan Shih K’ai sebagai pemimpin sipil dan militer tertinggi di China
Utara.
9. Pada Desember 1911 M pertempuran boleh dikatakan sudah berakhir dengan kemenangan-kemenangan bagi pihak “kaum revolusioner”. Pada 29
Desember 1911 M kaum revolusioner mengangkat Dr. Sun
Yat Sen sebagai presiden pemerintahan sementara Republik Cina.
10. Pada 1 Januari 1912 M Dr. Sun Yat Sen dilantik sebagai presiden China di
Nanking. Tanggal 1 Januari selanjutnya dinyatakan sebagai tanggal berdirinya Republik China. Sedangkan tanggal 10
Oktober yakni meletusnya Revolusi di Wuchang, menjadi hari kemerdekaan Cina. Selanjutnya,
Dr. Sun Yat Sen menyatakan bahwa dasar negara adalah rakyat. Oleh karena itu
maka semua suku bangsa yang ada di negara Cina (5 suku
bangsa) dipersatukan sebagai satu bangsa (nation).
Persatuan dilambangkan dengan bendera Republik Cina yang terdiri dari 5 warna
(merah, kuning, biru, putih dan hitam). Pada 12 Februari 1912 M Ibu Suri Lung Yu mengeluarkan pengumuman yang juga ditandatangani oleh Yuan Shih
K’ai yang isinya adalah bahwa ibu suri bersama kaisar terakhir yakni Hsuan Tung
(masih kanak-kanak) menyerahkan kedaulatan kepada Rakyat Cina. Dinyatakan pula
bahwa bentuk pemerintahan selanjutnya Republik, sedangkan Yuan Shih K’ai diberi
kekuasaan penuh untuk mengaturnya.
Jadi tanggal 12
Februari 1912 M adalah merupakan tanggal peyerahan kedaulatan dari tangan
pemerintah Manchu kepada bangsa Cina. Dinasti Manchu yang memerintah sejak 1644
M berakhir sudah. Perihal penyerahan kedaulatan, dan beberapa
permintaan dari bekas pemerintah Manchu
disampaikan oleh Yuan Shih K’ai kepada Dr. Sun Yat Sen. Hal ini disambut dengan gembira oleh Dr. Sun Yat Sen.
Untuk menghindarkan kemungkinan
terjadinya perpecahan, Dr. Sun Yat Sen mengundurkan diri
dari jabatan sebagai presiden sementara Republik Cina dan menyerahkannya kepada Yuan Shih K’ai secara resmi pada tanggal 15 Februari 1912 M. Yuan Shih K’ai selanjutnya
diangkat sebagai Presiden Republik Cina dan Li Yuan Hung sebagai wakil
presiden.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Revolusi Cina 1911 terjadi karena timbulnya
nasionalisme Cina.
Nasionalisme Cina di bawah pimpinan Sun Yat Sen, gerakan nasionalisme Cina dilandasi oleh 3 hal yaitu timbulnya angkatan baru
yang berpaham modern, timbulnya rasa nasionalisme, penyelewengan dan kelemahan
dinasti Manchu. Sebagai tokoh pahlawan nasional
nama Sun Yat Sen tercatat dalam sejarah dan sekaligus pemimpin
revolusi Cina, dengan ajarannya San Min
Chu I yakni Min T'sen, Min Tsu, dan Min Sheng.
Setelah melawati berbagai pemberontakan dan pertempuran, salah satunya
pertempuran Wuchang, akhirnya pada Desember 1911 M pertempuran boleh dikatakan sudah berakir dengan
kemenangan-kemenangan bagi pihak “kaum revolusioner”. Pada 1 Januari 1912 M Dr.
Sun Yat Sen dilantik sebagai Presiden China di Nanking. Tanggal
1 Januari selanjutnya dinyatakan sebagai tanggal berdirinya
Republik China. Sedangkan tanggal 10 Oktober yakni meletusnya Revolusi di
Wuchang, menjadi hari kemerdekaan Cina.
B. Saran
Nasionalisme memang merupakan suatu paham yang
dibutuhkan oleh semua bangsa dan negara. Karena dengan adanya nasionalisme maka
rakyat memiliki hasrat untuk mencapai kesatuan, kemerdekaan, keaslian, dan
kehormatan bangsa. Maka, kita sebagai generasi muda bangsa Indonesia haruslah
memiliki sikap nasionalis agar kita ke depan dapat mempertahankan kedaulatan
negara kita.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Leo.2012.Sejarah
Asia Timur 1.Yogyakarta:Penerbit Ombak.
Bima Abianto. 24 Oktober 2014. Revolusi Cina 1911. http://www.kompasiana.com/bimaantoanto/revolusi-china-1911_54f40cf57455137f2b6c85ee. 1 April 2016.
Laela Pujiwati Nurhana. 24 Juli 2013. Revolusi Cina
1911. http://ellapn.blogspot.co.id/2013/07/revolusi-cina-1911.html.
29 Maret 2016.
Muhammad Rusli Malik. 4 Mei 2011. Al-Baqarah ayat 126.
http://www.tafsir-albarru.com/tafsir-alquran/tafsir-al-baqarah/al-baqarah-ayat-126/.
3 April 2016.
Nur Asra Nasir. 3 Desember 2014. Makalah Sejarah
(Revolusi Cina). http://nurasranasir.blogspot.co.id/2014/12/makalah-sejarah-revolusi-cina.html. Diakses 29 Maret 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar