Kamis, 29 Desember 2016

makalah REVOLUSI CINA 1911





REVOLUSI CINA 1911


MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Timur
 Yang Diampu OlehUmi Hartati, M.Pd



Di Susun Oleh :
Fadhilah Syahidah                  14220034
Ardi Firanata                           14220023       
M. Rijal Fadhli                         14220020
Tri Sujatmiko                           14220047
Veronica susanawati               14220017







UNIVERSITAS MUHAMMADIYYAH METRO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PRORAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
April 2016



















BAB II
PEMBAHASAN


A.   Latar Belakang Timbulnya Nasionalisme Cina




Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan kepentingan nasional, dan nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun eksternal. Nasionalisme ternyata sudah ada sejak zaman Nabi Ibrahim AS, beliau tidak menginginkan tanah air yang didiami hancur, rusak, dan dalam peperangan seperti terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 126 :
Artinya :
Dan (ingatlah) tatkala berkata Ibrahim : Ya Tuhanku. Jadikanlah negeri ini negeri yang aman, dan karuniakanlah kepada penduduknya dari berbagai buah-buahan,(yaitu) barang­ siapa yang beriman di antara mereka kepada Allah dan Hari Kemudian. Berfirman Dia: Dan orang-orang yang kafirpun, akan Aku beri kesenangan untuk dia sementara, kemudian akan kami helakan dia kepada siksaan neraka, yaitu seburuk buruk tujuan.
Adapun latar belakang timbulnya nasionalisme bangsa Cina ialah :
1.    Penyelewengan dan Kelemahan Bangsa Manchu
Dinasti Manchu memerintah di Cina pada 1644-1911 M. Pemerintahan ini adalah pemerintahan asing, sebab Bangsa Manchu bukan penduduk asli Cina. Maka tidak heran jika rakyat Cina merasakan penderitaan. Melihat adanya keburukan dan penyelewengan-penyelewengan dari Dinasti Manchu, maka rakyat Cina bergerak untuk melawan dan membebaskan diri dari cengkraman dinasti asing tersebut. Adapun penyebabnya adalah :
a.    Sesudah kaisar besar Dinasti Manchu meninggal dunia, lenyaplah pula masa kemakmuran Cina. Yang terjadi selanjutnya hanyalah kekacauan-kekacauan yang berpangkal adanya perebutan kekuasaan diantara putra-putra kaisar. Kekacauan ini memberi kesempatan pada bangsa-bangsa barat untuk mengeksploitasi kekayaan Cina. Banyak bangsa barat yang dengan paksa ingin mendirikan pabrik-pabrik serta penguasaan terhadap sumber-sumber bahan mentah.
b.    Dinasti Manchu memerintah dengan menggunakan sistem feodal, memperbudak rakyatnya. Seolah-olah menjual negara Cina kepada negara barat. Inilah yang sebenarnya menyebabkan rakyat Cina tidak lagi menaruh kepercayaan terhadap pemerintahan Manchu. Ketidakpercayaan ini akan diwujudkan dalam berbagai pemberontakan, salah satunya adalah pemberontakan T’ai Ping. Pemberontakan ini dipimpin Hung-Siu Tsywan dengan program-programnya sebagai berikut :
Ø  Bahan makanan, pakaian, dan uang dijadikan milik bersama (sosialisme komunis).
Ø  Tentara harus memegang teguh kesusilaan, tidak boleh mabuk, merokok, menghisap candu atau mengganggu keamanan rumah tangga serta kenaikan pangkat dalam ketentaraan tidak ditentukan oleh atasan, tetapi diusulkan oleh para prajurit kepada atasannya dan para prajurit itu bertanggung jawab terhadap nilai dan kecakapan para perwira yang diusulkan.
c.    Kekalahan Cina dalam perang melawan Jepang 1895 M. Kekalahan Cina atas Jepang tersebut prestise bangsa dan negara Cina menurun. Dulu sebagai “guru”, kini dikalahkan oleh “bekas murid” nya. Kekalahan ini membuktikan bahwa betapa lemahnya pemerintahan Manchu. Kekalahan ini sekaligus membukakan kesempatan bagi bangsa-bangsa barat untuk menjadikan Cina sebagai daerah pengaruh mereka. Dalam hal ini pemerintah Manchu tidak berdaya mencegahnya.
d.    Korupsi dan pemborosan yang merajalela. Hal ini berpangkal pada tindakan Ibu Tzu His (kaisar janda tua) yang memiliki tentara nasional secara tidak sah, untuk kepentingan pribadi. Tzu His mengijinkan para pejabat untuk menjual jabatannya untuk kepentingan diri sendiri.
2.    Kesadaran Bangsa Cina
Perang anatara Cina-Jepang yang dilatarbelakangi ketika pemerintah Korea menginginkan pembaharuan dalam negerinya. Pembaharuan ini tidak mungkin dapat tercapai selama Cina masih di Korea. Korea lalu minta bantuan kepada Jepang, untuk mengusir pasukan Cina dari Korea. Dengan demikian persengkataan Cina-Jepang makin besar dan akhirnya meletuslah perang Cina-Jepang. Hal ini membukakan mata bagi “golongan progresif” di Cina, sehingga mereka bukan saja mengetahui bahwa Cina begitu lemah sehingga kalah dalam perang melawan “bekas murid”nya, Jepang, melainkan mereka juga mengetahui bahwa Jepang yang kecil itu ternyata telah menarik keuntungan dari ilmu pengetahuan barat sehingga dapat memodernisir diri hingga akhirnya dapat memenangkan perang melawan Cina. Yang dimaksud “golongan progresif” ini adalah kaum intelektual, seperti pelajar, mahasiswa, maupun cendikiawan. Dari golongan ini muncullah gerakan yang bercita-cita untuk menggulingkan pemerintahan Manchu. Keburukan-keburukan para pembesar Dinasti Manchu yang diketahui oleh “golongan progresif” tersebut memicu berkobarnya semangat nasionalisme Cina. Kekalahan Dinasti Manchu dalam pergulatan militer atau perang dan diplomatik dengan negara-negara barat semakin melenyapkan kepercayaan rakyat. Semuanya ini menyebabkan “golongan progresif” yang revolusioner tersebut semakin agresif. Mereka makin merasakan bahwa saat-saat untuk bergerak telah diambang pintu.
Adanya kekacauan di Cina dapat terlihat dari banyaknya peperangan yang kemudian berakhir dengan perjanjian-perjanjian yang akhirnya merugikan Cina. Hal tersebut semakin menyadarkan rakyat Cina bahwa meluasnya pengaruh bangsa-bangsa asing (barat) akan sangat membahayakan. Karena sebagian besar daerah Cina telah terbagi-bagi di bawah pengaruh bangsa-bangsa barat, dengan hak ekstratorialnya.

B.   Riwayat Singkat Dr. Sun Yat Sen dan Cita-Citanya
1.    Riwayat Singkat Dr. Sun Yat Sen
Sun Yat Sen adalah salah seorang intelek yang memerhatikan berbagai kondisi yang di hadapi Cina. Ia juga berusaha untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Menurutnya penindasan dengan ekonomi lebih kejam dari pada penindasan dengan bidang politik. Dr. Sun Yat Sen lahir dari keluarga petani pada 12 November 1866, di desa Cuiheng, Xiangshan, sebuah kota kecil kota Guangdong.
Pada awalnya pendidikannya Sun Yat Sen menerima pendidikan Cina tradisional. Pada tahun 1878, Sun Yat Sen ikut kakaknya Sun Mei yang telah menjadi pengusaha di Hawai. Sun Mei mendaftarkan Sun Yat Sen bersekolah di Lolani College, kemudian di Oahu College, sebuah sekolah misionaris. Di Hawai Sun menerima pendidikan barat dan dapat menguasai Bahasa Inggris. Setelah 4 tahun di Hawai, Sun Yat Sen menyatakan keinginannya untuk di baptis, tetapi kakaknya mengirimnya kembali ke Cina dikarenakan ayahnya yang tidak setuju. Setibanya di kampung halamanya Sun membuat masalah dengan menghancurkan patung dewa setempat. Ia ingin menunjukkan bahwa patung yang di anggap dewa tersebut tidak berdaya. Tindakannya itu sangat menggemparkan sehingga ia di suruh untuk meninggalkan desanya. Ia pun pergi ke Hongkong.
Pada tahun 1884 Sun mendaftar ke Queen’s College. Di sana ia menjadi seorang protestan. Setelah itu, Sun menjalankan tugas di sebuah sekolah medis misionaris di Guangzhou. Selama priode ini Sun Yat Sen sering mengunjungi desanya. Kemudian dia menikah dengan nona Lu pada tahun 1884. Denganya Sun Yat Sen memiliki 3 orang anak, tetapi Sun jarang mengunjungi mereka dalam 3 dekade. Setelah menyelesaikan sekolah kedokterannya, Sun Yat Sen berusaha membuka praktik di Hongkong dan Macao. Namun usahanya gagal, dan karir medisnya melemah. Ia beralih untuk memasuki bidang politik dengan berusaha menarik perhatian Li Hong Zhang. Dia pergi ke Tanjing dengan membawa sebuah petisi yang berisi metode untuk menyarankan modernisasi Cina. Pada awalnya Sun Yat Sen tidak secara terbuka mengungkapkan rencana revolusionernya tersebut. Dia meminta Li untuk mempekerjakanya dan membantunya untuk memperoleh paspor untuk perjalanan Sun ke Prancis dan negara lain.
Pada petisinya itu Sun menekankan bahwa Li Gan pejabat lain pada pemerintahan Manchu seharusnya mempekerjakan orang yang telah terlatih dengan pelatihan yang sudah modern guna membantu pemerintah Manchu dalam mereformasi Cina. Dalam petisinya tersebut Sun Yat Sen menggunakan istilah Minsheng, sebuah frase kuno yang di gunakan oleh beberapa reformis Cina dan menjadi ketiga prinsip rakyat (Sanmin Zhuyi). Namun Li Hong Zhang menolak untuk bertemu dengan Sun Yat Sen. Setelah kejadianya itu Sun Yat Sen melepaskan karir medisnya dan pergi ke Honolulu. Di sana Sun Yat Sen membentuk organisasi politik, Xing Zhongghui bersama 20 teman Cina yang dari Hawai dan Canton termasuk kakaknya. Organisasi politik itu menandai kegiatan politis Sun Yat Sen.
Sementara itu di Cina, kekuatan militer Jepang semakin besar pada perang Cina Jepang. Pada saat itu Sun Yat Sen memutuskan untuk menggerakkan sebuah reformasi karena waktunya di anggap tepat. Sun bergegas untuk ke Hongkong dan Canton untuk mengesahkan cabang-cabang Xing Zhonghui. Di Hongkong Sun Yat Sen bersama teman-temanya revolusioner lainnya mulai mengorganisir pemberontakan di Canton, dengan harapan pemberontakan akan menyebar ke seluruh provinsi. 
Pemberontakan di rencanakan 26 Oktober 1895 namun rencana tersebut tidak terwujud. Seseorang telah melaporkan rencana tersebut pada pejabat Hongkong sehari sebelum pemberontakan Sun Yat Sen melarikan diri ke Makao. Saat tiba Sun melihat poster yang mengumumkan hadiah bagi siapa yang dapat menangkap dia sebesar 10 tail. Kemudian Sun pergi lagi ke Hongkong. Meskipun telah keluar dari daerah kekuasaan Manchu, tetapi Beijing dapat meminta ekstradisi dari pemerintahan kolonial Inggris. Akhirnya Sun Yat Sen memutuskan untuk keluar dari Hongkong.
Pada tanggal 12 November 1895 Sun tiba di Kobe Jepang. Setibanya di Jepang dia merasa tersanjung melihat di salah satu koran dirinya digambarkan sebagai tokoh revolusioner Cina. Disana Sun membuat cabang Xing Zhonghui. Kemudian dia memutuskan untuk berkunjung ke Amerika untuk memperoleh dana dari orang-orang Cina di Amerika Utara. Dia berharap dapat memperoleh dana dan membangun cabang Xing Zhonghui namun gagal dikarenakan orang Cina yang ada di sana sangat tidak antusias dengan ide revolusioner yang disampaikan oleh Sun.
Pada 1 Oktober 1896 Sun tiba di London. Kedatanganya disambut oleh Dr. James Canstlie, dosen Sun sewaktu di Hongkong Medical College. Tidak jauh dari kediamannya terdapat kedutaan Cina. Canstlie memperingatkan Sun untuk menjauhi kedutaan namun Sun merasa kantor luar negeri Inggris menolak untuk menuruti permintaan mentri Cina untuk ekstradisinya maka Sun merasa aman berkunjung ke kedutaan. Yakin penyamaranya akan menyembunyikan identitasnya. Pada 10 Oktober Sun pergi ke kedutaan. Sun membuat janji untuk mengadakan pertemuan di hari berikutnya. Ketika Sun kembali dari pertemuan dia langsung ditahan. Setelah diberitahukan akan dikirim ke Cina, Sun meminta tolong pada pelayan kedutaan untuk menyampaikan pesan pada Castlie secara diam-diam. Setelah membaca pesan tersebut Castlie langsung meminta batuan pada kantor luar negeri namun tak ada tanggapan. Castlie pun langsung beralih ke pers. Dia megirim surat ke koran London “revolusiner Cina di culik di London” dan menjadi tajuk di London globe edisi sore 22 Oktober 1896. Berita penculikan itu tersebar di seluruh London. Duta besar Manchu dipaksa untuk membebaskan Sun dan keesokan harinya Sun dibebasakan.
Selama persinggahanya di Inggris Sun Yat Sen menghabiskan beberapa waktunya di museum Inggris. Dia membaca karya-karya Rousseau, Montesquieu, Karl Marx, Charles Darwin, John Struart Mill dan Henry George. Konsep-konsep yang diserap Sun menjadi landasan teori untuk memulihkan Cina. Dari pengalamannya di Inggris Sun menyadari bahwa kekuatan dan kemakmuran pemerintahan Eropa tidak dapat memberikan kebahagian rakyat secara menyeluruh. Kemudian Sun Yat Sen mulai merumuskan San Min Zhuyi (3 prinsip rakyat) yaitu nasionalis, demokratis, dan kesejahteraan.
Pada Juni 1897 Sun pergi ke Jepang untuk kembali merencanakan pemberontakan revolusioner di Cina. Selama gerakan Boxer pada 1900, Sun merasa saat itu merupakan waktu yang tepat untuk memberontak. Bulan Oktober Sun mengarahkan pemimpin Xing Zhoughui dengan 600 anggota serikat rahasia untuk memberontak di Huizhou, namun karena campur tangan pemerintah Jepang usaha tersebut gagal. Kemudian Sun kembali ke Honolulu pada tahun 1903. Setelah mengalami dua kegagalan pada pemberontakannya, Sun berkunjung ke negara-negara di Asia Tenggara untuk meminta dukungan dari orang-orang Cina yang tinggal di sana.
Pada 10 Oktober 1911 saat Sun tiba di Denver, pemberontakan Wunchang terjadi. Setelah kemenangan itu Sun meninggalkan Amerika dan pergi ke Eropa. Sun berusaha meyakinkan pemerintah Inggris dan Prancis untuk mendukung revolusi Cina. Setelah itu, Sun kembali ke Cina dan diangkat menjadi presiden pertama Republik Cina pada 1 Januari 1912. Amerika menjadi negara pertama yang mengakui pemerintahan tersebut. Setelah pemerintah dilantik Nanjing, Sun memenghadapi masalah yang sulit dalam membangun pemerintahan yang bersatu dan demokratis. Pemerintah Manchu masih mengontrol Cina Utara dan kaisar masih berkuasa di Beijing. Untuk dapat menyatukan negeri, Sun bernegosiasi dengan Yuan Shi Kai, seorang komandan tentara kekaisaran Beijing. Yuan Shi Kai bersedia bekerjasama dengan Sun untuk menyuruh Kaisar turun tahta asalkan dia menjadi presiden pada pemerintahan baru. Demi persatuan rakyat Cina, Sun setuju untuk melepaskan jabatan presidennya dan memberikan kepada Yuan Shi Kai. Pada 1 April 1912 Sun secara resmi melepaskan jabatanya. Kaisar pun turun tahta.
2.    Cita-Cita dan Ajaran Sun Yat Sen
Sun Yat Sen memiliki cita-cita lenyapnya Dinasti Manchu dan selanjutnya Cina akan diatur dan diperintah oleh bangsa Cina sendiri. Pemerintahan yang diinginkan ialah Republik yang demokratis, Cina harus merupakan negara kesatuan. Menurut Dr. Sun Yat Sen, demokratis terdiri dari 3 dasar, yaitu:
a.    Min T’sen (Nasionalisme)
Min t’sen dalam bahasa Inggris berarti nation, artinya terkandung di dalamnya adalah bangsa dan negara. Ini dimaksudkan bahwa Sun Yat Sen menghendaki adanya satu bangsa dan satu negara yakni bangsa atau negara Cina sebagai kesatuan. Asas ini diletakkan paling atas, karena langsung menyangkut bangsa-bangsa barat yang telah membagi bangsa Cina sebagai bangsa pengaruh atau eksploitasi mereka. Di samping itu juga menyangkut pemerintahan Manchu yang telah menginjak-injak kemerdekaan bangsa Cina. Mereka inilah yang harus dilenyapkan.
b.    Min Chu (Demokratis)
Ini berarti pemegang kedaulatan tertinggi dalam negara adalah rakyat. Pemerintahan di jalankan oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat. Sun Yat Sen menginginkan pemerintahan Cina yang baru adalah Republik yang demokratis. Sehubungan dengan itu maka pemerintahan yang monarki harus dilenyapkan. Karena pemerintahan monarki akan mudah digunakan sebagai alat bagi raja atau kaisar untuk melampiaskan kesenangannya. Perubahan bentuk  pemerintahan ini dapat dicapai hanya dengan revolusi.


c.    Min Sheng (Sosialisme)
Min sheng sebenarnya berarti menghidupkan. Sun Yat Sen cenderung menerima asas penghidupan. Jadi sosialisme juga berarti kesejahteraan rakyat. Artinya seluruh rakyat harus dapat mencari nafkah yang serba cukup untuk kehidupan yang lebih layak. Dengan Sanmin Zhuyi ini Sun Yat Sen ingin membawa yang merdeka dengan satu pemerintahan pusat yang demokratis dan dalam kehidupan yang layak yang sejajar dengan bangsa-bangsa di dunia.
Sejak 1905 banyak sekali mahasiswa Cina yang belajar ke Jepang. Mereka tertarik pada ajaran Sun Yat Sen untuk itu mereka mendirikan perkumpulan Kuo Tung Meng Hui, di Tokyo.
Tujuan perkumpulan ini:
a.    Mengusir bangsa Tartar, bangsa Manchu dianggap bangsa Tartar.
b.    Merebut Cina kembali dari Dinasti Manchu.
c.    Membangun suatu republik.
d.    Menyamaratakan kepemilikan tanah.

C.   Revolusi Meletus di Cina Selatan
Mengapa revolusi Cina 1011 M meletus untuk pertama kalinya di Cina bagian selatan (Canton)? Sebab Canton adalah pusat kegiatan dagang, pusat pertemuan berbagai bangsa. Perhubungan dengan dunia luar misalnya dilakukan melalui Canton, masuklah paham-paham, ide-ide dan pikiran barat yang liberal. Dari provinsi Kwangtung pula muncul tokoh-tokoh perjuangan nasional, seperti Sun Yat Sen yang mampu menghimpun mahasiswa Cina yang belajar di luar negeri, orang-orang Cina yang progresif. Mereka bersatu dan menggulingkan pemerintahan Dinasti Manchu dan mengusir atau melenyapkan segala macam pengaruh bangsa-bangsa barat dengan hak-hak istimewa mereka. Karena letaknya yang strategis, maka Canton adalah paling terbuka untuk perhubungan dengan negara lain. Selain itu rakyat yang tinggal di Cina Selatan tergolong rakyat yang cerdas dan kuat. Gerakan anti-bangsa asing yakni bangsa Manchu dan Barat, semuanya berpusat di Selatan.




D.   Peristiwa-Peristiwa Sebelum Revolusi Cina 1911
Revolusi Cina diawali adanya beberapa peristiwa berikut :
1.    Perang Candu 1 ( 1839-1842)
Perang Candu 1 terjadi ketika 20.000 ton Candu milik orang Inggris di Kanton-Cina dibakar orang-orang Cina atas perintah Manchu. Inggris marah dan meyerbu Kanton. Manchu tak mampu menghadapi serangan Inggris dan Cina menyerah pada Inggris. Perang diakhiri perjanjian Nanking 1842 yang berisi ketentuan sebagai berikut :
a.    Inggris berhak mendapatkan Hongkong.
b.    Inggris mendapatkan hak Ekstratorial.
c.    Lima pelabuhan Cina dibuka untuk bangsa asing.
d.    Cina membayar kerugian perang.
Dampak perang Candu 1 adalah Cina terbuka lebar untuk bangsa asing dan kedaulatan Cina diinjak-injak bangsa asing.
2.    Perang Candu 2 (1856-1880)
Merupakan bagian dari perang Candu 1 yang penyelesaiannya dirasa tidak adil, terutama bagi pihak Cina. Sebab perang Candu 2 adalah kapal Tiongkok berbendera Inggris ditahan pihak Cina dan Padri Prancis di Kwangsi dibunuh karena tidak memiliki surat ijin masuk ke Cina. Perang dengan mudah dimenangkan pihak Inggris dan diakhiri perjanjian Peing 1860 yang isinya sebagai berikut :
a.    Sebelas pelabuhan Cina dibuka lagi untuk bangsa asing.
b.    Jawatan Bea Cukai Cina dipegang badan internasional yang terdiri atas Inggris, Prancis, dan AS.
c.    Di istana Kaisar di Peking ditempatkan Dubes Inggris.
d.    Cina terbuka bagi bangsa asing.

3.    Pemberontakan Taiping (1850-1864)
Pemberontakan Taiping terjadi karena:
a.    Manchu dianggap lemah terhadap bangsa asing  yang makin merajalela di Cina. Ini sebagai dampak pembukaan Cina setelah kalah dalam Perang Candu 1 dan 2.
b.    Timbulnya penderitaan dan kesengsaraan rakyat akibat pemerintahan feodal Manchu.
c.    Timbulnya keinginan rakyat untuk membangun masyarakat baru yang bahagia, sama rasa, dan sama rata.
Pemberontakan Taiping dipimpin oleh Hung Siu Tsjawan, seorang  Masehi yang berpaham sosialis. Pemberontakan Taiping berhasil dipadamkan tentara Manchu.
4.    Pemberontakan Boxer (1900-1901)
Pemberontakan Boxer disebut juga dengan tinju keadilan. Pemberontakan Boxer merupakan pemberontakan  terbesar kedua di Cina. Pemberontakan ini terjadi karena rakyat Cina merasa tidak puas terhadap keadaan yang terjadi di Cina. Pimpinannya adalah Ratu Tze Sji. Disebut pemberontakan Boxer karena para prajuritnya dibekali dengan kemahiran bertinju. Pemberontakan Boxer dapat ditumpas dengan kejam oleh tentara asing di Cina dipimpin oleh Jendral Von Walderse dan diakhiri dengan perjanjian protokol yang isinya Cina harus membayar rampasan perang. Pemberontakan Boxer yang hampir saja meruntuhkan kekuasaan asing di Cina yang berakibat:
a.    Tiongkok jatuh ke tangan bangsa asing, bahkan bangsa asing akan membagi tiongkok di antara mereka sendiri. Rencana ini ditentang Amerika dan Amerika memberlakukan dijalankan “ Open Door Policy bagi seluruh dunia, akhirnya Tiongkok tidak jadi dibagi-bagi.
b.    Ratu Tze Sji  sadar bahwa bangsa tidak bisa dilawan dengan kekerasan, untuk membebaskan diri dari bangsa asing rakyat Tiongkok harus maju, belajar, dan memodernisasi negaranya seperti Jepang.

E.    Jalannya Revolusi Cina 1911
Secara kronologis, jalannya Revolusi Cina 1911 M dikemukakan sebagai berikut:
1.    Pada waktu Cina masih berperang melawan Jepang (1894-1895) kesempatan ini digunakan oleh Dr. Sun Yat Sen untuk mengadakan gerakan yang merampas Canton untuk dijadikan pusat revolusi tetapi upaya ini gagal.
2.    Pada waktu Cina sedang terjadi pemberontakan Boxers (1900 M). Pemberontakan ini meletus dan berkobar di Peking. Pada saat meletusnya pemberontakan itu seorang duta besar Jerman terbunuh sedangkan kedaulatan-kedaulatan asing lainnya diserang, namun tentara bangsa asing di bawah pimpinan Jendral Von Waldersee berhasil menindas pemberontakan boxers dan menduduki Peking. Ratu Tzu Hsi menyerah dan menandatangani Protokol Boxer (the boxers protocol) 7 September 1901. Perundingan itu  yang juga disebut Protokol Boxer antaranya berisi:
a.    China harus mengirimkan utusannya ke Jerman dan Jepang untuk secara khusus menyampaikan permohonan maafnya, serta ditempat terbunuhnya Von Kitteler akan didirikan tugu peringatan.
b.    Di kota-kota yang pernah orang asing terbunuh atau teraniaya tidak diadakan ujian negara selama lima tahun.
c.    China harus membayar ganti rugi perang sebesar 450 juta tael (sekitar 333.900.000 dolar AS) yang harus dibayar dalam waktu 39 tahun.
d.    Di kedutaan-kedutaan asing  harus ditempatkan pasukan pengawal permanen, penduduk, dan polisi China harus  dikeluarkan dari tempat tempat tersebut.
e.    Benteng-benteng Taku dihancurkan.
Masa pemberontakan itu digunakan oleh Dr. Sun Yat Sen dan kaum revolusioner untuk memberontak, tetapi upaya ini masih gagal.
3.    Pada 27 April 1911 M di bawah pimpinan Huan Hsing, kaum revolusioner dan anggota-anggota Tung Meng Hui melakukan pemberontakan di Canton. Pemberontakan ini mengalami kegagalan lagi, meskipun demikian semangat revolusi tidak berhenti sampai disini.
4.    Pada 9 Oktober 1911 M meledaklah bom di salah satu gudang rahasia milik perkumpulan Tung Meng Hui di provinsi Hupeh. Banyak prajurit ditangkap, dokumen-dokumen rahasia kaum revolusioner dirampas oleh raja muda di Hupeh yaitu Jui Chang.
5.    Pertempuran yang hebat terjadi ketika merebut kota Wuchang pada 10 Oktober 1911, yang sering disebut dengan istilah “Wuchang Day, Doble Ten Nineteen Eleven”. Wuchang sendiri adalah ibukota provinsi Hupeh. Sebelum terjadi pertempuran, pasukan revolusioner memotong rambutnya yang panjang terlebih dahulu, yang sebelumnya diwajibkan oleh pemerintah Manchu sebagai tanda rakyat taklukan. Pada waktu itu tidak ada seorangpun pemimpin di pihak kaum revolusioner. Dr. Sun Yat Sen sendiri sedang berada di Amerika Serikat, demikian juga pemimpin yang lain juga belum datang. Dengan situasi yang demikian, kemudian pasukan revolusioner mengangkat Li Yuang Hung (seorang kolonel dalam tentara Manchu) untuk memihak kaum revolusioner dan sekaligus sebagai pemipin. Kemudian Li Yuan Hung mengumumkan bahwa pemerintahan Manchu telah digulingkan dan mengumumkan berdirinya Republik China.
6.    Pada 12 Oktober 1911 provinsi-provinsi, satu persatu direbut oleh pasukan revolusi. Akibatnya dari 18 provinsi tinggal 2 provinsi saja yang masih dapat dipertahankan oleh tentara Manchu, yaitu propinsi Honan dan Chihli. Dalam suasana yang sudah terpojok, pemerintah Manchu mengangkat kembali bekas opsirnya yaitu Yuan Shih K’ai sebagai raja muda.
7.    Selanjutnya pemerintah Manchu bersidang dan mengambil keputusan bahwa:
a.    Adanya kekacauan dan peperangan adalah kesalahan pemerintah Manchu.
b.    Undang-undang dasar negara harus disusun untuk memperbaiki keadaan.
c.    Kabinet baru harus disusun dan tidak perlu mengikutsertakan keluarga kaisar atau para bangsawan karena hal ini tidak sesuai dengan keinginan  rakyat.
d.    Akan mengadakan pengampunan kepada orang-orang bekas pemberontak.
Setelah revolusi di Wuchang, pemerintah Dinasti Manchu sebenarnya sudah sangat ketakutan. Karena itu pemerintah Dinasti Manchu mencoba membelokkan cita-cita kaum revolusiaoner dengan tindakan perbaikan pemerintahan. Untuk itu Yuan Shih K’ai diangkat sebagai perdana menteri oleh dewan nasional sebagai pengganti pangeran Ch’ing yang meletakkan jabatannya.
8.    Pada 11 November 1911 M pasukan revolusioner menuntut agar kaisar Manchu terakhir yang masih kanak-kanak untuk turun tahta. Sebagai reaksi di pihak Manchu ialah mengngkat Yuan Shih K’ai sebagai pemimpin sipil dan militer tertinggi di China Utara.
9.    Pada Desember 1911 M pertempuran boleh dikatakan sudah berakhir dengan kemenangan-kemenangan bagi pihak “kaum revolusioner”. Pada 29 Desember 1911 M kaum revolusioner mengangkat Dr. Sun Yat Sen sebagai presiden pemerintahan sementara Republik Cina.
10.  Pada 1 Januari 1912 M Dr. Sun Yat Sen dilantik sebagai presiden China di Nanking. Tanggal 1 Januari selanjutnya dinyatakan sebagai tanggal berdirinya Republik China. Sedangkan tanggal 10 Oktober yakni meletusnya Revolusi di Wuchang, menjadi hari kemerdekaan Cina. Selanjutnya, Dr. Sun Yat Sen menyatakan bahwa dasar negara adalah rakyat. Oleh karena itu maka semua suku bangsa yang ada di negara Cina (5 suku bangsa) dipersatukan sebagai satu bangsa (nation). Persatuan dilambangkan dengan bendera Republik Cina yang terdiri dari 5 warna (merah, kuning, biru, putih dan hitam). Pada 12 Februari 1912 M Ibu Suri Lung Yu mengeluarkan pengumuman yang juga ditandatangani oleh Yuan Shih K’ai yang isinya adalah bahwa ibu suri bersama kaisar terakhir yakni Hsuan Tung (masih kanak-kanak) menyerahkan kedaulatan kepada Rakyat Cina. Dinyatakan pula bahwa bentuk pemerintahan selanjutnya Republik, sedangkan Yuan Shih K’ai diberi kekuasaan penuh untuk mengaturnya.
Jadi tanggal 12 Februari 1912 M adalah merupakan tanggal peyerahan kedaulatan dari tangan pemerintah Manchu kepada bangsa Cina. Dinasti Manchu yang memerintah sejak 1644 M berakhir sudah. Perihal penyerahan kedaulatan, dan beberapa permintaan dari bekas pemerintah Manchu disampaikan oleh Yuan Shih Kai kepada Dr. Sun Yat Sen. Hal ini disambut dengan gembira oleh Dr. Sun Yat Sen.
Untuk menghindarkan kemungkinan terjadinya perpecahan, Dr. Sun Yat Sen mengundurkan diri dari jabatan sebagai presiden sementara Republik Cina dan menyerahkannya kepada Yuan Shih Kai secara resmi pada tanggal 15 Februari 1912 M. Yuan Shih K’ai selanjutnya diangkat sebagai Presiden Republik Cina dan Li Yuan Hung sebagai wakil presiden.

BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Revolusi Cina 1911 terjadi karena timbulnya nasionalisme Cina. Nasionalisme Cina di bawah pimpinan Sun Yat Sen, gerakan nasionalisme Cina dilandasi oleh 3 hal yaitu timbulnya angkatan baru yang berpaham modern, timbulnya rasa nasionalisme, penyelewengan  dan kelemahan dinasti Manchu. Sebagai tokoh pahlawan nasional nama Sun Yat Sen tercatat dalam sejarah dan sekaligus pemimpin  revolusi Cina, dengan ajarannya San Min Chu I yakni Min T'sen, Min Tsu, dan Min Sheng.
Setelah melawati berbagai pemberontakan dan pertempuran, salah satunya pertempuran Wuchang, akhirnya pada Desember 1911 M pertempuran boleh dikatakan sudah berakir dengan kemenangan-kemenangan bagi pihak “kaum revolusioner”. Pada 1 Januari 1912 M Dr. Sun Yat Sen dilantik sebagai Presiden China di Nanking. Tanggal 1 Januari selanjutnya dinyatakan sebagai tanggal berdirinya Republik China. Sedangkan tanggal 10 Oktober yakni meletusnya Revolusi di Wuchang, menjadi hari kemerdekaan Cina.
      
B.   Saran
Nasionalisme memang merupakan suatu paham yang dibutuhkan oleh semua bangsa dan negara. Karena dengan adanya nasionalisme maka rakyat memiliki hasrat untuk mencapai kesatuan, kemerdekaan, keaslian, dan kehormatan bangsa. Maka, kita sebagai generasi muda bangsa Indonesia haruslah memiliki sikap nasionalis agar kita ke depan dapat mempertahankan kedaulatan negara kita.







DAFTAR PUSTAKA

Agung,  Leo.2012.Sejarah Asia Timur 1.Yogyakarta:Penerbit Ombak.

Bima Abianto. 24 Oktober 2014. Revolusi Cina 1911. http://www.kompasiana.com/bimaantoanto/revolusi-china-1911_54f40cf57455137f2b6c85ee. 1 April 2016.

Laela Pujiwati Nurhana. 24 Juli 2013. Revolusi Cina 1911. http://ellapn.blogspot.co.id/2013/07/revolusi-cina-1911.html. 29 Maret 2016.

Muhammad Rusli Malik. 4 Mei 2011. Al-Baqarah ayat 126. http://www.tafsir-albarru.com/tafsir-alquran/tafsir-al-baqarah/al-baqarah-ayat-126/. 3 April 2016.
Nur Asra Nasir. 3 Desember 2014. Makalah Sejarah (Revolusi Cina). http://nurasranasir.blogspot.co.id/2014/12/makalah-sejarah-revolusi-cina.html. Diakses 29 Maret 2016.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar