Pendidikan
di Indonesia pada masa
Penjajahan Belanda Zaman VOC
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas Mata kuliah Sejarah
Pendidikan
Yang diampu oleh Ibu Dra. Hj. Elis Setiawati,
M.Pd
Di
susun oleh kelompok I:
Marlena 14220008
Titik
Alawiyah 14220013
M.
Rizal Fadli 14220020
Rendra
Dwi Prabowo 14220033
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman kolonial pemerintah
Belanda menyediakan sekolah yang beraneka ragam bagi orang Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan berbagai lapisan masyarakat. Pendidikan
bagi anak-anak Indonesia semula terbatas pada pendidikan rendah, akan tetapi
kemudian berkembang secara vertical sehingga anak-anak Indonesia, melalui
pendidikan menengah dapat mencapai pendidikan tinggi, sekalipun melalui jalan
yang sulit dan sempit.
Lahirnya suatu
sistem pendidikan bukanlah hasil suatu perencanaan menyeluruh melainkan langkah
demi langkah melalui eksperimentasi dan didorong oleh kebutuhan praktis di
bawah pengaruh kondisi sosial, ekonomi.. Perkembangan
pendidikan saat ini ini tidak bisa dilepaskan dari perkembangan pendidikan yang
terjadi dimasa lampau. Perkembangan
pendidikan di zaman pra kolonial dan ketika zaman
kolonial yang mampu melahirkan kaum Intelektual muda Indonesia yang menjadi
tokoh sentral dalam pergerakan kebangsaan Indonesia. Untuk mengenai pendidikan dizaman belanda pada masa VOC di indonesia akan
diperjelas dalam makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Misi VOC dalam mendirikan sekolah di Hindia Belanda?
2.
Apakah Tujuan VOC mendirikan sekolah di Indonesia
3.
Apakah ciri-ciri Pendidikan VOC di Indonesia?
4.
Bagaimana Sekolah Semasa VOC?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui misi VOC dalam
mendirikan sekolah di Hindia Belanda
2. Untuk mengetahui tujuan VOC
mendirikan sekolah di Indonesia.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri
Pendidikan VOC di Indonesia.
4. Untuk Mengetahui sekolah Semasa
VOC.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Misi Utama Vereenigde
indische Compagnie Oost (VOC) Mendirikan
Sekolah Di Indonesia
Orang belanda datang ke indonesia bukan untuk menjajah melainkan untuk
berdagang. Mereka di motivasi
oleh hasrat untuk mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya, sekalipun harus
mengarungi laut yang berbahaya sejauh ribuan kilometer dalam kapal layar kecil
untuk mengambil rempah-rempah dari indonesia.
Namun pedagang itu merasa perlunya memiliki tempat yang permanen di daratan
dari pada berdagang dari kapal yang berlabuh di laut. Kantor dagang itu
kemudian mereka perkuat dan persenjatai dan menjadi benteng yang akhirnya
menjadi landasan untuk menguasai daerah di sekitarnya. Lambat laun kantor dagang itu
beralih dari pusat komersial menjadi basis politik dan teritorial. Setelah
peperangan kolonial yang banyak akhirnya indonesia jatuh seluruhnya di bawah
pemerintahan belanda. Namun penguasaan daerah jajahan ini baru selesai pada
permulaan abad ke 20.
Metode
kolonialisasi belanda sangat sederhana. Mereka mempertahankan raja-raja yang
berkuasa dan menjalankan pemerintahan melalui raja-raja itu akan tetapi
menuntut monopoli hak berdagang dan eksploitasi sumber-sumber alam. Adat istiadat dan kebudayaan asli
dibiarkan tanpa perubahan aristokrasi tradisional digunakan oleh belanda untuk
memerintah negeri
dengan cara efisien, maka
sangat sedikit yang mereka
perbuat untuk pendidikan bangsa. Kecuali usaha menyebarkan agama mereka
dibeberapa pulau di bagian timur Indonesia. Kegiatan pendidikan pertama yang dilakukan
VOC.
Pada
permulaan abad ke 16 hampir seabad sebelum kedatangan belanda, pedagang
portugis menetap di bagian timur Indonesia tempat rempah-rempah itu di
hasilkan. Biasanya mereka didampingi oleh misionaris yang memasukkan penduduk
kedalam agama katolik yang paling berhasil diantara mereka adalah Ordo Jesuit di
bawah pimpinan Feranciscus Xaverius. Xaverius memandang pendidikan sebagai alat
yang ampuh untuk penyebaran agama. Seminari
dibuka di ternate, kemudian di solor dan pendidikan
agama yang lebih tinggi dapat diperoleh di Goa, India, pusat kekuasaan portugis
saat itu. Bahasa portugis hamper sama populernya dengan bahasa melayu,kedudukan
yang tak kunjung di capai oleh bahasa Belanda dalam waktu 350 tahun penjajahan
kekuasaan portugis melemah akibat peperangan dengan raja-raja Indonesia dan
akhirnya dilenyapkan oleh belanda pada tahun 1605.
B.
Tujuan VOC Mendirikan Pendidikan di
Indonesia
Adapun
tujuan dari VOC mendirikan sekolah di Indonesia Adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan
berkaitan untuk memudahkan dalam kepentingan Komersial.
2. Untuk
menyaingi portugis di nusantara terutama Maluku.
3. Untuk
penyebaran agama kristen protestan dan melenyapkan agama Kristen katolik.
C.
Ciri Pendidikan
Masa VOC
Adapun
ciri-ciri pendidikan masa VOC adalah:
1.
Sekolah-sekolah didirikan untuk melenyapkan agama katolik
dan menyebarkan agama protestan.
2.
Pendidikan di batavia digalakkan untuk menyiapkan tenaga
kerja yang kompeten bagi VOC.
3.
Semua sekolah pada satu wilayah berada di bawah pengawasan
gereja.
4.
Kurikulumnya mengacu pada gereja.
5.
Pembelajarannya dilaksanakan secara individu dan belum
menerapkan pembelajaran klasikal.
D.
Sekolah Semasa VOC
Kegiatan pendidikan yang dilakukan VOC
terutama dipusatkan dibagian timur Indonesia dimana agama katolik telah berakar
di Batavia (Jakarta), pusat administrasi kolonial. Pada tahun 1607 didirikan
sekolah pertama di Ambon untuk anak-anak Indonesia, karena pada saat itu belum
ada anak belanda. Tujuan utama rupanya untuk melenyapkan agama katolik dengan
menyebarkan agama protestan. Jumlah sekolah cepat bertambah. Pada tahun 1632
telah ada 16 sekolah di Ambon, di tahun 1645 meningkat menjadi 33 buah dengan
1300 murid.
Sekolah pertama di Jakarta dibuka pada
tahun 1603 untuk mendidik anak Belanda dan Jawa agar menjadi pekerja yang
kompeten pada VOC. Pada tahun 1636 jumlahnya menjadi 3 buah dan pada tahun 1706
telah ada 34 guru dan 4873 murid.
Semua sekolah di suatu wilayah berada
di bawah pengawasan pendeta. Guru-guru diangkat oleh Gereja Reformasi di
Amsterdam. Sebelum dikirim ke tanah jajahan mereka mula-mula diuji tentang
kemampuannya membaca dan menyanyikan lagu-lagu gerejani. Kebanyakan di antara
mereka belum mempunyai pengalaman apa pun dalam hal mengajar.
Masalah yang rumit dalam pendidikan
ialah soal bahasa pengantar di sekolah. Guru pertama di sekolah pertama di
Ambon, yang ingin menjadikan tanah jajahan sungguh-sungguh koloni Belanda yang
berbahasa Belanda seperti yang dicita-citakan oleh atasannya, menggunakan
bahasa Belanda di sekolah. Rupanya ia gagal dan guru berikutnya menggunakan
bahasa Melayu, bukan untuk menyesuaikannya dengan keadaan setempat, melainkan
karena bahasa Belanda rupanya terlampau sulit bagi anak yang kurang cerdas. Pada
tahun 1760 orang Belanda maupun Indonesia menerima pelajaran yang sama dalam
bahasa Melayu.
Pada tahun 1780 kembali ditandaskan
agar hanya bahasa belanda digunakan sekolah. Peraturan ini dicabut pada tahun
1786 lalu bahasa Melayu dan Portugis digunakan kembali semata-mata karena
alasan bahwa orang tua dan anak tidak memahami bahasa Belanda. Bahasa Belanda
banyak kehilangan fungsinya setelah Kitab Injil diterjemahkan kedalam bahasa
Melayu pada tahun 1733. Akan tetapi nilai bahasa Belanda melonjak setelah
diadakannya ujian pegawai pada tahun 1864 yang menjadi syarat bagi pengangkatan
pegawai pemerintah. Yang diuji antara lain bahasa Belanda untuk memperoleh
ijazah.
Secara
umum sistem pendidikan pada masa VOC dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Pendidikan Dasar
Berdasar
peraturan tahun 1778, dibagi kedalam 3 kelas berdasar rankingnya. Kelas 1
(tertinggi) diberi pelajaran membaca, menulis, agama, menyanyi dan berhitung.
Kelas 2 mata pelajarannya tidak termasuk berhitung. Sedangkan kelas 3
(terendah) materi pelajaran fokus pada alphabet dan mengeja kata-kata. Proses
kenaikan kelas tidak jelas disebutkan, hanya didasarkan pada kemampuan secara
individual. Pendidikan dasar ini berupaya untuk mendidik para murid-muridnya
dengan budi pekerti. Contoh pendidikan dasar ini antara lain Batavische school
(Sekolah Betawi, berdiri tahun 1622),
Burgerschool (Sekolah Warga-negara, berdiri tahun 1630).
2. Sekolah Latin
Diawali
dengan sistem numpang-tinggal (in de kost) di rumah pendeta tahun 1642. Sesuai
namanya, selain bahasa Belanda dan materi agama, mata pelajaran utamanya adalah
bahasa Latin. Setelah mengalami buka-tutup, akhirnya sekolah ini secara
permanen ditutup tahun 1670.
3. Seminarium Theologicum (Sekolah Seminari)
Sekolah
untuk mendidik calon-calon pendeta, yang didirikan pertama kali oleh Gubernur
Jenderal van Imhoff tahun 1745 di Jakarta. Sekolah dibagi menjadi 4 kelas
secara berjenjang. Kelas 1 belajar membaca, menulis, bahasa Belanda, Melayu dan
Portugis serta materi dasar-dasar agama. Kelas 2 pelajarannya ditambah bahasa
Latin. Kelas 3 ditambah materi bahasa Yunani dan Yahudi, filsafat, sejarah,
arkeologi dan lainnya. Untuk kelas 4 materinya pendalaman yang diasuh langsung
oleh kepala sekolahnya. Sistem pendidikannya asrama dengan durasi studi 5,5 jam
sehari dan Sekolah ini hanya bertahan selama 10 tahun.
4. Academie der Marine (Akademi Pelayanan)
Berdiri
tahun 1743, dimaksudkan untuk mendidik calon perwira pelayaran dengan lama
studi 6 tahun. Materi pelajarannya meliputi matematika, bahasa Latin, bahasa
ketimuran (Melayu, Malabar dan Persia), navigasi, menulis, menggambar, agama,
keterampilan naik kuda, anggar, dan dansa. Tetapi iapun akhirnya ditutup tahun
1755.
5. Sekolah Cina
Pada tahun 1737
didirikan sekolah untuk keturunan Cina yang miskin, tetapi sempat vakum karena
peristiwa de Chineezenmoord
(pembunuhan Cina) tahun 1740. Selanjutnya, sekolah ini berdiri kembali secara
swadaya dari masyarakat keturunan Cina sekitar tahun 1753 dan 1787.
6. Pendidikan Islam
Pendidikan
untuk komunitas muslim relatif telah mapan melalui lembaga-lembaga yang secara
tradisional telah berkembang dan mengakar sejak proses awal masuknya Islam ke
Indonesia. VOC tidak ikut campur mengurusi atau mengaturnya.
Pada
akhir abad ke-18, setelah VOC mengalami kebangkrutan, kekuasaan Hindia Belanda
akhirnya diserahkan kepada pemerintah kerajaan Belanda langsung. Pada masa ini,
pendidikan mulai memperoleh perhatian relatif maju dari sebelumnya.
Kurikulum
yang diterapkan di sekolah-sekolah VOC bertalian erat dengan gereja. Menurut
peraturan sekolah 1643, tugas guru ialah: memupuk rasa takut terhadap tuhan,
mengajarkan dasar-dasar agama Kristen, mengajar anak berdo’a, bernyanyi, pergi
ke gereja, mematuhi orang tua, penguasa, dan guru-guru.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan pada masa VOC lebih kepada penyebaran agama
Protestan, setelah sebelumnya pada masa Portugis, Katholik yang disebarkan.
Sehigga para guru yang mengajar merupakan pendeta-pendeta. Alasan orang Belanda
mendirikan sekolah bagi anak-anak Indonesia yaitu untuk mendidik anak Belanda
dan Jawa agar menjadi pekerja yang kompeten pada VOC. Dan pada saat itu belum
terdapat pengajaran klasik. Mengajar berdasarkan pengajaran individual.
Murid-murid datang seorang demi seorang ke meja guru dan menerima bantuan
individual. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa melayu dan portugis, karena
bahasa belanda masih dirasakan sulit.
B.
Saran
Keberhasilan Belajar adalah
Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses
belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, maka dari itu saya mohon maaf bila
ada kesalahan baik itu disengaja maupun tidak disengaja
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, S. 2008. Sejarah
Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Khairuddin.2008. Pendidikan
Di zaman Belanda. (Online) http://khairuddinhsb.blog.plasa.com/2008/07/21/pendidikan-di-zaman-belanda/. Diakses 25 Maret 2016.
Rohman, Dedi. 2013. Sejarah Pendidikan di Indonesia.
(Online) http://dedirohmanu.blogspot.co.id/2013/10/sejarah-pendidikan-di-indonesia_21.html. Diakses 25 Maret 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar