Kamis, 29 Desember 2016

Artikel Sejarah Asia Barat Daya Revolusi islam iran



REVOLUSI ISLAM DI IRAN (PERSIA)

 M. Rijal Fadhli
14220020

Universitas Muhammadiyah Metro
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan Sosial
Program Studi Pendidikan Sejarah

mamutrijal@gmail.com

Abstrak
Revolusi Islam dikenal juga dengan sebutan Revolusi Iran. Revolusi Islam merupakan revolusi yang mengubah bentuk Negara Iran dari Kerajaan yang dipimpin oleh Shah Mohammad Reza Pahlavi, menjadi Republik Iran yang dipimpin oleh Ayatullah Ruhullah Khomeini. Revolusi Islam ini sering disebut pula revolusi terbesar ketiga dalam sejarah, setelah Perancis dan Revolusi Bolshevik. Terjadinya Revolusi Islam Iran telah mendorong munculnya gerakan rakyat di berbagai belahan dunia untuk melawan kekuatan-kekuatan arogansi dan para pemimpin diktator. Gerakan tersebut secara perlahan melahirkan Kebangkitan Islam dan perubahan besar di dunia Islam khususnya di antara rakyat yang tertindas.
Gerakan Revolusi Islam yang telah menyadarkan masyarakat Islam dari sikap pasif mereka merupakan gerakan yang memiliki rangkaian sejarah panjang dan semangat bangsa itu dalam menuntut keadilan. Revolusi Islam Iran telah mendorong bangsa-bangsa tertindas untuk melakukan revolusi dan menumbangkan rezim-rezim otoriter serta mengubah persamaan regional. Dengan kata lain, semangat untuk menuntut keadilan dan sikap anti-arogansi yang dislogankan oleh Revolusi Islam Iran telah menjadi inspirasi bagi Kebangkitan Islam di Timur Tengah.

Kata Kunci : Revolusi Iran, Timur Tengah  

PENDAHULUAN
Revolusi Iran juga dikenal dengan sebutan Revolusi Islam,  merupakan revolusi yang mengubah Iran dari Monarki di bawah Shah Mohammad  Reza Pahlavi, menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini, pemimpin revolusi dan pendiri dari Republik Islam.  Sering disebut pula "revolusi besar ketiga dalam sejarah," setelah Perancis dan Revolusi Bolshevik.
1
Walapun beberapa orang berpendapat bahwa revolusi masih berlangsung, rentang-waktu terjadinya revolusi terjadi pada Januari 1978 dengan demonstrasi besar pertama, dan ditutup dengan disetujuinya konstitusi teokrasi baru di mana Khomeini menjadi Pemimpin Tertinggi negara pada Desember 1979. Sebelumnya, Mohammad Reza Pahlavi meninggalkan Iran dan menjalani pengasingan pada Januari 1979 setelah pemogokan dan demonstrasi melumpuhkan negara, dan pada 1 Februari 1979 Ayatullah Khomeini kembali ke Teheran yang disambut oleh beberapa juta Bangsa Iran. Kejatuhan terakhir Dinasti Pahlavi segera terjadi setelah 1 Februari di mana Angkatan Bersenjata Iran menyatakan dirinya netral setelah gerilyawan dan pasukan pemberontak mengalahkan tentara yang loyal kepada Shah dalam pertempuran jalanan. Iran secara resmi menjadi Republik Islam pada 1 April 1979 ketika sebagian besar Bangsa Iran menyetujuinya melalui referendum nasional.
Revolusi ini memiliki keunikan tersendiri karena mengejutkan seluruh dunia. Tidak seperti berbagai revolusi di dunia, Revolusi Iran tidak disebabkan oleh kekalahan dalam perang, krisis moneter, pemberontakan petani, atau ketidakpuasan militer, menghasilan perubahan yang sangat besar dengan kecepatan tinggi,  mengalahkan sebuah rezim, walaupun rezim tersebut dilindungi oleh angkatan bersenjata yang dibiayai besar-besaran dan pasukan keamanan, dan mengganti monarki kuno dengan ajaran teokrasi yang didasarkan atas Guardianship of the Islamic Jurists (atau velayat-e faqih). Hasilnya adalah sebuah Republik Islam yang dibimbing oleh ulama berumur 80 tahun yang diasingkan ke luar negeri dari Qom, sebagaimana seorang cendekiawan menyatakan, jelas sebuah kejadian yang harus dijelaskan.
Revolusi ini terjadi kepada dua peringkat. Peringkat pertama bermula pada pertengahan 1977 hingga tahun 1979 yang dipimpin oleh pihak liberal, golongan haluan kiri dan kumpulan agama. Kesemua mereka memberontak menentang Shah Iran. Peringkat kedua yang turut dikenali sebagai Revolusi Islam menyaksikan naiknya Ayatollah menjadi pemimpin revolusi.
METODE KAJIAN
Metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan atau bagaimana cara melakukan sesuatu. Sehingga, metode digunakan untuk menyusun rencana kajian agar mendapatkan hasil yang objektif.
Sedangkan metode kajian menurut Rosady Ruslan (2003:24) metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek kajian sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.
Jadi, dengan menggunakan metode pada saat kajian maka mempermudah data yang akan diperoleh dapat berjalan dengan rencana yang tersusun dan dapat dibuktikan kebenarannya dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kajian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyyah Metro Lampung. Pelaksanaan pembuatannya dilakukan dengan metode pustaka dan ditambah dari sumber internet. M. Nazir (1988:111) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan studi keperpustakaan adalah tekhnik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan di dalam buku-buku, literatur-literatur, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Sedangkan, sumber internet dijadikan tambahan materi atau sebagai pelengkap informasi yang telah didapat.

PEMBAHASAN
Kesalahan-kesalahan Shah
Shah Mohammad Reza Pahlavi menjalankan pemerintahan yang brutal, korup, dan boros. Kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah yang terlalu ambisius menyebabkan inflasi tinggi, kelangkaan, dan perekonomian yang tidak efisien. Kebijakan Shah yang kuat untuk melakukan westernisasi dan kedekatan dengan kekuatan barat (Amerika Serikat) berbenturan dengan identitas Muslim Syi'ah Iran Hal ini termasuk pengangkatannya oleh Kekuatan Sekutu dan bantuan dari CIA pada 1953 untuk mengembalikannya ke kekuasaan, menggunakan banyak penasihat dan teknisi militer dari Militer Amerika Serikat dan pemberian kekebalan diplomatik kepada mereka.
Shah Reza Pahlevi seperti ayahnya, merupakan orang yang sekuler, berbeda dengan cara pandang rakyat Iran pada umumnya yang sangat menghormati agama (Islam Syiah) dalam kehidupan mereka sehari-hari. semua hal tersebut membangkitkan nasionalisme Iran, baik dari pihak religius dan sekuler. menganggap Shah sebagai boneka barat, setelah itu muncul dan pecahlah peristiwa Revolusi Islam, pemimpin revolusi dan pendiri dari Republik Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomein.
Pecahnya Revolusi Islam Iran
Ketika ekonomi mulai mengalami kekacauan, kalangan menengah terpelajar mulai menyerukan kebencian mereka terhadap monarki Pahlvi. Mereka membanding-bandingkan Iran dengan negara-negara di Eropa dan Amerika Utara yang mampu memberikan posisi bagi kaum menengah, sedangkan Iran justru menghilangkan peran kaum menengah. Pada Juni 1978 protes keras atas Shah Pahlavi mulai bergejolak di universitas, bazar, dan dari kalangan menengah. Masyarakat miskin perkotaan, khususnya buruh konstruksi dan pekerja pabrik, ikut melancarkan aksi protes dengan demonstrasi di jalan-jalan. Kesra Naji (2009).
Berbagai upaya mereka lakukan untuk memangkas kekuasaan Shah Pahlavi, akan tetapi segala upaya mereka terhalang oleh kekuatan militer yang sepenuhnya di bawah kendali Shah Pahlavi. Dalam upaya-upaya ini mucullah Ayatullah Ruhullah Khomeini sebagai satu-satunya ulama yang mampu memposisikan diri sebagai pemimpin golongan oposisi dari berbagai pihak.
Awalnya, Ayatullah Ruhullah Khomeini hanyalah seorang cendekiawan muslim yang tak terlalu terkenal dari Kota Qom. Sejak tahun 1963, ia sudah mulai memimpin pemberontakan melawan berbagai modernisasi yang dilakukan oleh Shah Pahlavi di Iran, yang dianggapnya bertentangan dengan agama Islam. Ia menganggap Shah Pahlavi sebagai boneka Amerika. Kebijakan Shah Pahlavi yang kuat untuk melakukan modernisasi dan kedekatan dengan kekuatan barat (Amerika Serikat) berbenturan dengan identitas Muslim Syi'ah Iran. Shah Pahlavi, merupakan orang yang sekuler, berbeda dengan cara pandang rakyat Iran pada umumnya yang sangat menghormati agama (Islam Syiah) dalam kehidupan mereka sehari-hari. Semua hal tersebut membangkitkan nasionalisme Iran, baik dari pihak religius dan sekuler. menganggap Shah sebagai boneka barat yang harus diperangi.
Khomeini menginginkan sebuah pemerintahan yang berdasar pada Al-Quran dan sesuai dengan model masyarakat Islam di era Nabi Muhammad SAW. Gagasan ini sudah pasti bertentangan dengan modernisasi yang dirintis oleh Shah Pahlavi, akibatnya Khomeini harus mengalami pengasingan selama 15 tahun sejak November 1964. Sebelum pengasingannya, ia sempat menguraikan visinya tentang pemerintahan Islam dalam serangkaian ceramah bertajuk Velayate Faqih. Hasil ceramahnya itu beredar di bawah tanah menjelang revolusi pada tahun 1978-1979 sebagai “manual revolusi”. Di situ, ia menjabarkan tentang reorganisasi masyarakat, panduan praktis mendirikan sebuah negara berdasarkan Al-Quran, dan konsep seputar posisi sentral seorang ulama dalam kehidupan masyarakat.
Walaupun diasingkan selama 15 tahun di Paris, tetapi jutaan rakyat Iran hampir setiap hari mendengar pesan-pesan Khomeini melalui jaringan pendukungnya dari kalangan ulama, yang aktif menyebarkan pamflet dan kaset ceramah Khomeini. Selain dari kalangan ulama, kehadiran Khomeini juga didukung oleh kelompok terdidik, terutama di kampus. Penyebaran poster, pamflet, kaset, ceramah keagamaan dan makin seringnya kehadiran kaum ulama diberbagai tempat semakin membuka mata banyak warga Iran. Orang-orang mulai ramai menceritakan tentang kenyamanan hidup Shah Pahlavi di atas penderitaan rakyatnya menggais penghidupan.
Beredar pula kabar bahwa Shah Pahlavi telah berganti agama menjadi agama Yahudi. Sebelumnya, saudara tua Shah Pahlavi, Putri Shams telah berganti agama menjadi Katolik, sehingga sebagian kalangan menganggap ini sebagai penghinaan keluarga Shah terhadap Islam. Namun, Shah Pahlavi tidak terlalu mempedulikan masalah ini, ia merasa masih punya kekuatan besar atas media, radio dan televisi serta kekuatan militer. Demonstrasi masih terus berlanjut di berbagai daerah di Iran. Di Teheran, ratusan ribu mahasiswa terus melanjutkan demonstrasi mengecam Shah Pahlavi dan mengagungkan sosok Khomeini sebagai pemimpin alternatif. Golongan buruh dari berbagai sektor ikut menyuarakan dukungannya. Pemogokan mulai mewabah hingga produksi minyak Iran berhenti sama sekali. Kemudian disusul pemogokan karyawan perusahaan listrik yang membuat kota gelap gulita. Sementara pemogokan hampir melumpuhkan seluruh perekonomian Iran, semakin hari kesehatan Shah Pahlevi semakin memburuk. Ditambah lagi orang-orang yang dulunya dia andalkan kini hanya tersisa segelintir.
Pada 7 September 1978, sekitar setengah juta penduduk Teheran turun ke jalan menyuarakan aspirasinya dengan meneriakkan umpatan pada Shah Pahlavi. Ini adalah demonstrasi terbesar yang pernah terjadi di Iran. Shah merespon demonstrasi itu dengan mengerahkan semua kekuatan militernya. Protes ini menelan korban hingga ribuan orang, walaupun begitu tetap tidak menyurutkan keinginan rakyat untuk melengserkan monarki Shah Pahlevi. Demonstrasi mencapai puncaknya pada Desember 1978, dua juta lebih penduduk Iran turun ke jalan memprotes Shah Pahlevi dan meneriakkan “Khomeini, O Imam”. Shah Pahlevi beserta istrinya yang semakin terdesak melarikan diri ke Mesir pada 16 Januari 1979. Kekuatan militer terbesar kelima di dunia itu pun memilih bersikap netral. Kemudian kekuasaan monarki Shah Pahlevi berakhir sekitar dua pekan setelah ia meninggalkan Iran. Bersamaan dengan itu, Khomeini kembali dari pengasingannya ke Teheran.
Seluruh warga menyambut kedatanagn Khomeini dengan penuh suka cita. Di bandara, Khomeini menyampaikan sebuah pidato singkat, ia menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh masyarakat Iran yang membaktikan diri untuk tercapainya revolusi. Ia juga berpesan, walaupun Shah telah pergi dari Iran, namun sisa-sisa pendukungnya masih ada di Iran, sehingga masyarakat perlu untuk tetap bersatu demi mencapai kesuksesan revolusi. Ini kali pertama bagi jutaan penduduk Iran melihat Ruhullah Khomeini secara langsung setelah 15 tahun pengasingan. Ini pertama kali pula mereka mendengar langsung janji Khomeini bahwa Revolusi Islam Iran akan mengangkat kesejahteraan rakyat dan mempertebal keyakinan mereka akan perubahan masyarakat Iran ke arah yang lebih baik.
Revolusi Islam di Iran tahun 1979 adalah kebangkitan rakyat yang bersumberkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Pasca kemenangan revolusi, pemerintah bersama rakyat Iran bergotong-royong membangun kembali negerinya di berbagai bidang. Islam sebagai agama yang sempurna dan komprehensif, selalu menekankan pentingnya mengembangkan ilmu pengetahuan dan memajukan taraf hidup umat. Terkait hal ini, Islam mengajarkan dua prinsip utama, yaitu: pertama, sikap mandiri dan tidak bergantung pada non-muslim, dan kedua adalah percaya diri dan bertawakkal kepada yang Maha Kuasa untuk memajukan kehidupan umat muslim. Mustafa Rahman (2003).
Selanjutnya keadaan Iran untuk saat ini setelah adanya Revolusi Islam di Iran semenjak tahun 1721 sampai sekarang ini ternyata agama Islam dijadikan sistem  pemerintahan yang menjadi pilar utama untuk membangun struktur politik, sosial, dan budaya. Islam memberikan perhatian besar kepada pembentukan spiritual dan nilai-nilai insaniah, dan inilah yang membedakan dari sistem-sistem pemerintahan lainnya. Oleh sebab itu untuk saat ini pemerintahan Islam di Iran mengkonsepsikan bahwa semua urusan agama harus berpegang pada imam, sebagaimana para Kaum Sunni mengembalikan seluruh persoalan agama pada Alquran dan Sunnah, atau ajaran Nabi saw. Bagi umat Islam Iran menyakini bahwa manusia sepanjang masa tidak pernah sunyi dari imam, karena masalah keagamaan dan keduniaan selalu membutuhkan bimbingan para imam. Bahkan mereka mengatakan, tidak ada yang lebih penting dalam Islam, melainkan menentukan seorang imam.
Dengan konsep pemerintahan Iran yang demikian, masyarakat muslim Iran bangkit melawan penindasan itu yang dipimpin oleh seorang alim yang kharismatis, seorang mujtahid yang wara’, zuhud dan sekaligus filosof Muslim yang ahli irfan: Ayatullah Ruhullah al-Musawi al-Khomeini. Kekuatan apa yang melatar belakangi masyarakat muslim Iran sehingga begitu gigih mereka dalam melawan setiap gagasan sekularisasi dan westernisasi, dan berhasrat untuk menjadikan Islam sebagai jalan hidup mereka dalam segala aspek kehidupannya.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan, bahwa Revolusi Iran juga dikenal dengan sebutan Revolusi Islam,  merupakan revolusi yang mengubah Iran dari Monarki di bawah Shah Mohammad  Reza Pahlavi, menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini.         
Kemudian revolusi ini muncul setelah banyaknya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Shah Mohammad Reza Pahlavi menjalankan pemerintahan yang brutal, korup, dan boros. Kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah yang terlalu ambisius menyebabkan inflasi tinggi, kelangkaan, dan perekonomian yang tidak efisien.
Ketika ekonomi mulai mengalami kekacauan, kalangan menengah terpelajar mulai menyerukan kebencian mereka terhadap monarki Pahlvi. Kemudian Berbagai upaya mereka lakukan untuk memangkas kekuasaan Shah Pahlavi, yang dipimpin oleh Ayatulloh Agung Ruhollah Khomeini. Dan setelah itu Khomeini berjanji kepada masyarakat bahwa Revolusi Islam Iran akan mengangkat kesejahteraan rakyat dan mempertebal keyakinan mereka akan perubahan masyarakat Iran ke arah yang lebih baik.
NILAI MORAL
Revolusi Islam di Iran ternyata dapat mendorong munculnya gerakan rakyat Islam di berbagai belahan dunia untuk melawan kekuatan arogansi dan para pemimpin diktator. Gerakan tersebut secara perlahan melahirkan kebangkitan islam dan perubahan besar di dunia Islam khususnya di antara rakyat yang tertindas.        
Dengan demikian, Revolusi Islam di Iran telah mendorong bangsa-bangsa tertindas untuk melakukan revolusi dan menumbangkan rezim otoriter serta mengubah persamaan regional. Karenanya marilah kita tumbuhkan rasa semangat untuk menuntut keadilan dan sikap anti-arogansi di bangsa Indonesia ini seperti para Revolusioner Islam di Iran, supaya Indonesia tetap menjaga kesejahteraan, dan kebhinekaan tunggal ika.
DAFTAR PUSTAKA
Naji, Kesra. 2009. Kisah Rahasia Sang Pemimpin Radikal Iran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Ruslan, Rosady.2003. Metode Penelitian Public Relations Dan Komunikasi. Jakarta : Rajawali Pers, hal. 24
M. Nazir.1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia indonesia, hal. 111
Rahman, Mustafa Abd.2003. Iran Pasca Revolusi:Fenomena Pertarungan Kubu  Reformis dan Konservatif. Jakarta: Penerbit Buku Kompas




Tidak ada komentar:

Posting Komentar