REVOLUSI ISLAM DI IRAN (PERSIA)
M. Rijal Fadhli
14220020
Universitas Muhammadiyah Metro
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan Sosial
Program Studi Pendidikan Sejarah
mamutrijal@gmail.com
Abstrak
Revolusi Islam dikenal juga dengan sebutan
Revolusi Iran. Revolusi Islam merupakan revolusi yang mengubah bentuk Negara
Iran dari Kerajaan yang dipimpin oleh Shah Mohammad Reza Pahlavi, menjadi
Republik Iran yang dipimpin oleh Ayatullah Ruhullah Khomeini. Revolusi Islam
ini sering disebut pula revolusi terbesar ketiga dalam sejarah, setelah
Perancis dan Revolusi Bolshevik. Terjadinya Revolusi Islam Iran telah mendorong
munculnya gerakan rakyat di berbagai belahan dunia untuk melawan
kekuatan-kekuatan arogansi dan para pemimpin diktator. Gerakan tersebut secara
perlahan melahirkan Kebangkitan Islam dan perubahan besar di dunia Islam
khususnya di antara rakyat yang tertindas.
Gerakan Revolusi Islam yang telah menyadarkan
masyarakat Islam dari sikap pasif mereka merupakan gerakan yang memiliki rangkaian
sejarah panjang dan semangat bangsa itu dalam menuntut keadilan. Revolusi Islam
Iran telah mendorong bangsa-bangsa tertindas untuk melakukan revolusi dan
menumbangkan rezim-rezim otoriter serta mengubah persamaan regional. Dengan
kata lain, semangat untuk menuntut keadilan dan sikap anti-arogansi yang
dislogankan oleh Revolusi Islam Iran telah menjadi inspirasi bagi Kebangkitan
Islam di Timur Tengah.
Kata Kunci : Revolusi Iran, Timur Tengah
PENDAHULUAN
Revolusi Iran juga dikenal dengan sebutan
Revolusi Islam, merupakan revolusi yang
mengubah Iran dari Monarki di bawah Shah Mohammad Reza Pahlavi, menjadi Republik Islam yang dipimpin
oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini, pemimpin revolusi dan pendiri dari
Republik Islam. Sering disebut pula
"revolusi besar ketiga dalam sejarah," setelah Perancis dan Revolusi
Bolshevik.
1
|
Revolusi ini memiliki keunikan tersendiri
karena mengejutkan seluruh dunia. Tidak seperti berbagai revolusi di dunia,
Revolusi Iran tidak disebabkan oleh kekalahan dalam perang, krisis moneter,
pemberontakan petani, atau ketidakpuasan militer, menghasilan perubahan yang
sangat besar dengan kecepatan tinggi,
mengalahkan sebuah rezim, walaupun rezim tersebut
dilindungi oleh angkatan bersenjata yang dibiayai besar-besaran dan pasukan
keamanan, dan mengganti monarki kuno dengan ajaran teokrasi yang didasarkan
atas Guardianship of the Islamic Jurists (atau velayat-e faqih). Hasilnya
adalah sebuah Republik Islam yang dibimbing oleh ulama berumur 80 tahun yang
diasingkan ke luar negeri dari Qom, sebagaimana seorang cendekiawan menyatakan,
jelas sebuah kejadian yang harus dijelaskan.
Revolusi ini terjadi kepada dua peringkat. Peringkat pertama bermula pada pertengahan 1977 hingga tahun 1979
yang dipimpin oleh pihak liberal, golongan haluan kiri dan kumpulan agama.
Kesemua mereka memberontak menentang Shah Iran. Peringkat kedua yang turut
dikenali sebagai Revolusi Islam menyaksikan naiknya Ayatollah menjadi pemimpin
revolusi.
METODE KAJIAN
Metode menyangkut
masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan atau
bagaimana cara melakukan sesuatu. Sehingga, metode digunakan untuk menyusun
rencana kajian agar mendapatkan hasil yang objektif.
Sedangkan metode kajian
menurut Rosady Ruslan (2003:24) metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan
dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek
kajian sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara
ilmiah dan termasuk keabsahannya.
Jadi, dengan
menggunakan metode pada saat kajian maka mempermudah data yang akan diperoleh
dapat berjalan dengan rencana yang tersusun dan dapat dibuktikan kebenarannya
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kajian ini dilaksanakan
di Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Muhammadiyyah Metro
Lampung. Pelaksanaan pembuatannya dilakukan dengan metode pustaka dan ditambah
dari sumber internet. M. Nazir (1988:111) mengemukakan bahwa yang dimaksud
dengan studi keperpustakaan adalah tekhnik pengumpulan data dengan mengadakan
studi penelaahan di dalam buku-buku, literatur-literatur, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Sedangkan, sumber internet
dijadikan tambahan materi atau sebagai pelengkap informasi yang telah didapat.
Kesalahan-kesalahan Shah
Shah Mohammad Reza Pahlavi menjalankan
pemerintahan yang brutal, korup, dan boros. Kebijakan-kebijakan ekonomi
pemerintah yang terlalu ambisius menyebabkan inflasi tinggi, kelangkaan, dan perekonomian
yang tidak efisien. Kebijakan Shah yang kuat untuk melakukan
westernisasi dan kedekatan dengan kekuatan barat (Amerika Serikat) berbenturan
dengan identitas Muslim Syi'ah Iran Hal ini termasuk pengangkatannya oleh
Kekuatan Sekutu dan bantuan dari CIA pada 1953 untuk mengembalikannya ke
kekuasaan, menggunakan banyak penasihat dan teknisi militer dari Militer
Amerika Serikat dan pemberian kekebalan diplomatik kepada mereka.
Shah
Reza Pahlevi seperti ayahnya, merupakan orang yang sekuler,
berbeda dengan cara pandang rakyat Iran pada umumnya yang sangat menghormati
agama (Islam Syiah) dalam kehidupan mereka sehari-hari. semua hal tersebut
membangkitkan nasionalisme Iran, baik dari pihak religius dan sekuler. menganggap
Shah sebagai boneka barat, setelah itu muncul dan pecahlah peristiwa Revolusi
Islam, pemimpin revolusi dan pendiri dari Republik Islam yang dipimpin oleh
Ayatullah Agung Ruhollah Khomein.
Pecahnya Revolusi Islam Iran
Ketika ekonomi mulai mengalami kekacauan,
kalangan menengah terpelajar mulai menyerukan kebencian mereka terhadap monarki
Pahlvi. Mereka membanding-bandingkan Iran dengan negara-negara di Eropa dan
Amerika Utara yang mampu memberikan posisi bagi kaum menengah, sedangkan Iran
justru menghilangkan peran kaum menengah. Pada Juni 1978 protes keras atas Shah
Pahlavi mulai bergejolak di universitas, bazar, dan dari kalangan menengah.
Masyarakat miskin perkotaan, khususnya buruh konstruksi dan pekerja pabrik, ikut
melancarkan aksi protes dengan demonstrasi di jalan-jalan. Kesra Naji (2009).
Berbagai upaya mereka lakukan untuk memangkas
kekuasaan Shah Pahlavi, akan tetapi segala upaya mereka terhalang oleh kekuatan
militer yang sepenuhnya di bawah kendali Shah Pahlavi. Dalam upaya-upaya
ini mucullah Ayatullah Ruhullah Khomeini sebagai satu-satunya ulama yang mampu
memposisikan diri sebagai pemimpin golongan oposisi dari berbagai pihak.
Awalnya, Ayatullah Ruhullah Khomeini hanyalah
seorang cendekiawan muslim yang tak terlalu terkenal dari Kota Qom. Sejak tahun
1963, ia sudah mulai memimpin pemberontakan melawan berbagai modernisasi yang
dilakukan oleh Shah Pahlavi di Iran, yang dianggapnya bertentangan dengan agama
Islam. Ia menganggap Shah Pahlavi sebagai boneka Amerika. Kebijakan Shah
Pahlavi yang kuat untuk melakukan modernisasi dan kedekatan dengan kekuatan
barat (Amerika Serikat) berbenturan dengan identitas Muslim Syi'ah Iran. Shah
Pahlavi, merupakan orang yang sekuler, berbeda dengan cara pandang rakyat Iran
pada umumnya yang sangat menghormati agama (Islam Syiah) dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Semua hal tersebut membangkitkan nasionalisme Iran, baik dari
pihak religius dan sekuler. menganggap Shah sebagai boneka barat yang harus
diperangi.
Khomeini menginginkan sebuah pemerintahan yang
berdasar pada Al-Quran dan sesuai dengan model masyarakat Islam di era Nabi
Muhammad SAW. Gagasan ini sudah pasti bertentangan dengan modernisasi yang
dirintis oleh Shah Pahlavi, akibatnya Khomeini harus mengalami pengasingan selama 15 tahun sejak November 1964. Sebelum
pengasingannya, ia sempat menguraikan visinya tentang pemerintahan Islam dalam
serangkaian ceramah bertajuk Velayate Faqih. Hasil ceramahnya itu beredar di bawah tanah menjelang revolusi pada tahun 1978-1979 sebagai “manual
revolusi”. Di situ, ia menjabarkan tentang reorganisasi masyarakat, panduan
praktis mendirikan sebuah negara berdasarkan Al-Quran, dan konsep seputar
posisi sentral seorang ulama dalam kehidupan masyarakat.
Walaupun diasingkan selama 15 tahun di Paris,
tetapi jutaan rakyat Iran hampir setiap hari mendengar pesan-pesan Khomeini
melalui jaringan pendukungnya dari kalangan ulama, yang aktif menyebarkan
pamflet dan kaset ceramah Khomeini. Selain dari kalangan ulama, kehadiran
Khomeini juga didukung oleh kelompok terdidik, terutama di kampus. Penyebaran poster, pamflet, kaset, ceramah keagamaan dan makin
seringnya kehadiran kaum ulama diberbagai tempat semakin membuka mata banyak
warga Iran. Orang-orang mulai ramai menceritakan tentang kenyamanan hidup Shah
Pahlavi di atas penderitaan rakyatnya menggais penghidupan.
Beredar pula kabar bahwa Shah Pahlavi telah
berganti agama menjadi agama Yahudi. Sebelumnya, saudara tua Shah Pahlavi,
Putri Shams telah berganti agama menjadi Katolik, sehingga sebagian kalangan
menganggap ini sebagai penghinaan keluarga Shah terhadap Islam. Namun, Shah
Pahlavi tidak terlalu mempedulikan masalah ini, ia merasa masih punya kekuatan
besar atas media, radio dan televisi serta kekuatan militer. Demonstrasi masih terus berlanjut di berbagai daerah di Iran. Di
Teheran, ratusan ribu mahasiswa terus melanjutkan demonstrasi mengecam Shah
Pahlavi dan mengagungkan sosok Khomeini sebagai pemimpin alternatif. Golongan
buruh dari berbagai sektor ikut menyuarakan dukungannya. Pemogokan mulai
mewabah hingga produksi minyak Iran berhenti sama sekali. Kemudian disusul
pemogokan karyawan perusahaan listrik yang membuat kota gelap gulita. Sementara
pemogokan hampir melumpuhkan seluruh perekonomian Iran, semakin hari kesehatan
Shah Pahlevi semakin memburuk. Ditambah lagi orang-orang yang dulunya dia
andalkan kini hanya tersisa segelintir.
Pada 7 September 1978, sekitar setengah juta
penduduk Teheran turun ke jalan menyuarakan aspirasinya dengan meneriakkan umpatan pada
Shah Pahlavi. Ini adalah demonstrasi terbesar yang pernah terjadi di Iran. Shah merespon demonstrasi itu dengan
mengerahkan semua kekuatan militernya. Protes ini menelan korban hingga ribuan
orang, walaupun begitu tetap tidak menyurutkan keinginan rakyat untuk
melengserkan monarki Shah Pahlevi. Demonstrasi mencapai puncaknya pada Desember
1978, dua juta lebih penduduk Iran turun ke jalan memprotes Shah Pahlevi dan
meneriakkan “Khomeini, O Imam”. Shah Pahlevi beserta istrinya yang semakin
terdesak melarikan diri ke Mesir pada 16 Januari 1979. Kekuatan militer
terbesar kelima di dunia itu pun memilih bersikap netral. Kemudian kekuasaan
monarki Shah Pahlevi berakhir sekitar dua pekan setelah ia meninggalkan Iran.
Bersamaan dengan itu, Khomeini kembali dari pengasingannya ke Teheran.
Seluruh warga menyambut kedatanagn Khomeini
dengan penuh suka cita. Di bandara, Khomeini menyampaikan sebuah pidato
singkat, ia menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh masyarakat Iran
yang membaktikan diri untuk tercapainya revolusi. Ia juga berpesan, walaupun
Shah telah pergi dari Iran, namun sisa-sisa pendukungnya masih ada di
Iran, sehingga masyarakat perlu untuk tetap bersatu demi mencapai kesuksesan
revolusi. Ini kali pertama bagi jutaan penduduk Iran melihat Ruhullah Khomeini
secara langsung setelah 15 tahun pengasingan. Ini pertama kali pula mereka
mendengar langsung janji Khomeini bahwa Revolusi Islam Iran akan mengangkat
kesejahteraan rakyat dan mempertebal keyakinan mereka akan perubahan masyarakat
Iran ke arah yang lebih baik.
Revolusi Islam di Iran tahun 1979 adalah kebangkitan
rakyat yang bersumberkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Pasca kemenangan
revolusi, pemerintah bersama rakyat Iran bergotong-royong membangun kembali
negerinya di berbagai bidang. Islam sebagai agama yang sempurna dan
komprehensif, selalu menekankan pentingnya mengembangkan ilmu pengetahuan dan
memajukan taraf hidup umat. Terkait hal ini, Islam mengajarkan dua prinsip
utama, yaitu: pertama, sikap mandiri dan tidak bergantung pada non-muslim, dan
kedua adalah percaya diri dan bertawakkal kepada yang Maha Kuasa untuk
memajukan kehidupan umat muslim. Mustafa Rahman (2003).
Selanjutnya keadaan Iran untuk saat ini setelah adanya
Revolusi Islam di Iran semenjak tahun 1721 sampai sekarang ini ternyata agama
Islam dijadikan sistem pemerintahan yang
menjadi pilar utama untuk membangun struktur politik, sosial, dan budaya. Islam memberikan perhatian besar kepada pembentukan spiritual dan
nilai-nilai insaniah, dan inilah yang membedakan dari sistem-sistem
pemerintahan lainnya. Oleh sebab itu untuk saat ini pemerintahan Islam di Iran mengkonsepsikan bahwa semua urusan agama harus
berpegang pada imam, sebagaimana para Kaum Sunni mengembalikan seluruh persoalan agama pada Alquran dan
Sunnah, atau ajaran Nabi saw. Bagi umat Islam Iran menyakini bahwa manusia
sepanjang masa tidak pernah sunyi dari imam, karena masalah keagamaan dan
keduniaan selalu membutuhkan bimbingan para imam. Bahkan mereka mengatakan,
tidak ada yang lebih penting dalam Islam, melainkan menentukan seorang imam.
Dengan
konsep pemerintahan Iran yang demikian, masyarakat muslim Iran bangkit melawan
penindasan itu yang dipimpin oleh seorang alim yang kharismatis, seorang
mujtahid yang wara’, zuhud dan sekaligus filosof Muslim yang ahli irfan:
Ayatullah Ruhullah al-Musawi al-Khomeini. Kekuatan apa yang melatar belakangi
masyarakat muslim Iran sehingga begitu gigih mereka dalam melawan setiap
gagasan sekularisasi dan westernisasi, dan berhasrat untuk menjadikan Islam
sebagai jalan hidup mereka dalam segala aspek kehidupannya.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan, bahwa Revolusi Iran
juga dikenal dengan sebutan Revolusi Islam,
merupakan revolusi yang mengubah Iran dari Monarki di bawah Shah
Mohammad Reza Pahlavi, menjadi Republik
Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini.
Kemudian revolusi ini muncul setelah
banyaknya kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh Shah Mohammad
Reza Pahlavi menjalankan pemerintahan yang brutal, korup, dan boros.
Kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah yang terlalu ambisius menyebabkan
inflasi tinggi, kelangkaan, dan perekonomian yang tidak efisien.
Ketika
ekonomi mulai mengalami kekacauan, kalangan menengah terpelajar mulai
menyerukan kebencian mereka terhadap monarki Pahlvi. Kemudian Berbagai upaya
mereka lakukan untuk memangkas kekuasaan Shah Pahlavi, yang dipimpin oleh Ayatulloh
Agung Ruhollah Khomeini. Dan setelah itu Khomeini berjanji kepada masyarakat
bahwa Revolusi Islam Iran akan mengangkat kesejahteraan rakyat dan mempertebal
keyakinan mereka akan perubahan masyarakat Iran ke arah yang lebih baik.
NILAI MORAL
Revolusi Islam di Iran ternyata dapat mendorong
munculnya gerakan rakyat Islam di berbagai belahan dunia untuk melawan kekuatan
arogansi dan para pemimpin diktator. Gerakan tersebut secara perlahan
melahirkan kebangkitan islam dan perubahan besar di dunia Islam khususnya di
antara rakyat yang tertindas.
Dengan demikian, Revolusi Islam di Iran telah
mendorong bangsa-bangsa tertindas untuk melakukan revolusi dan menumbangkan rezim
otoriter serta mengubah persamaan regional. Karenanya marilah kita tumbuhkan
rasa semangat untuk menuntut keadilan dan sikap anti-arogansi di bangsa
Indonesia ini seperti para Revolusioner Islam di Iran, supaya Indonesia tetap
menjaga kesejahteraan, dan kebhinekaan tunggal ika.
DAFTAR PUSTAKA
Naji, Kesra. 2009. Kisah Rahasia Sang Pemimpin Radikal Iran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Ruslan, Rosady.2003. Metode Penelitian Public Relations Dan Komunikasi. Jakarta
: Rajawali Pers, hal. 24
M. Nazir.1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia indonesia, hal.
111
Rahman, Mustafa Abd.2003. Iran Pasca Revolusi:Fenomena Pertarungan Kubu Reformis dan Konservatif. Jakarta:
Penerbit Buku Kompas
Rian Panamuan.15 Maret 2015 Revolusi Islam Iran. http://indonesian.irib.ir/islam/momentum/item/76203.Revolusi_Islam_Iran_dan_Kebangkitan_Islam.
24 Oktober 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar