Eksplanasi Sejarah
Manusia dan Sejarah
UM Metro
disusun
M. Rijal Fadhli
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peristiwa
sejarah yang telah ditulis dengan baik niscaya sangat bermakna bagi manusia,
bukan saja sekedar mengetahui dan memahami peristiwa sejarah yang dimaksud,
melainkan juga menjadi pelajaran yang terbaik guna memperbaiki diri seperti apa
yang terjadi apabila pereistiwa sejarah itu dapat menjadi contoh atau menjauhi
dan menghindarinya bila mana peristiwa sejarah itu berbeda dengan harapan
manusia.
Ekspalansi sejarah merupakan salah
satu aspek yang sangat penting dalam metodologi sejarah. Hal ini dipergunakan
untuk mengembangkan, menganalisis, dan
menjelaskan hubungan diantara pernyataan-pernyataan mengenai
fenomena-fenomena yang ada. Dalam ilmu sejarah yang merupakan kesepakatan para
sejarawan dengan sebutan kausalitas (causations) serta bentuk-bentuk
penghubung lain (connections) yang digunakan oleh para sejarawan ketika
mereka menyintesis fakta-fakta (Berkhofer
dalam Helius Sjamuddin, 1996:237).
Ucapan
mengenai fakta-fakta historis merupakan deskripsi-deskripsi mengenai masa
silam. Tetapi, seorang ahli sejarah tidak membatasi diri pada usaha melukiskan
masa silam, ia juga berusaha memikirkan suatu keterangan atau penjelasan yang
masuk akal, mengenai apa yang terjadi pada masa silam. Secara prinsip
pertanyaan itu harus diberi jawaban secara objektif dan yang masuk akal. Karena
pentingnya permasalahan itu, maka sungguh menyedihkan apabila para ahli sejarah
tidak bersedia menjawab pertanyaan, siapakah yang bersalah. Barang siapa yang
mengajukan pertanyaan itu mengenai sebabnya dan oleh karena itu minta suatu
penjelasan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Definisi Penjelasan Sejarah ?
2.
Apa Kausalitas ?
3.
Apa Model Analogi ?
4.
Apa Hermeneutika ?
5.
Bagaimana Eksplanasi dan Kausalitas
Sejarah ?
C.
Tujuan Penulisan Masalah
1.
Untuk Mengetahui Definisi Penjelasan
Sejarah.
2.
Untuk Mengetahui Kausalitas .
3.
Untuk Mengetahui Model Analogi.
4.
Untuk Mengetahui Hermeneutika.
5.
Untuk Mengetahui Eksplanasi dan
Kausalitas Sejarah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Penjelasan Sejarah
Penjelasan
sejarah ialah usaha membuat suatu unit sejarah intelligible (dimengerti secara cerdas ). Mengapa sekedar
penjelasan bukan analisis yang
menyakinkan dan pasti ? kata “analisis” memang dipakai bergantian dengan
“penjelasan”, diantaranya oleh Marc Bloch, terutama ketika orang
menganalisis hubungan kausal antara gejala sejarah. Akan tetapi, karena kata
“penjelasan” lebih sesuai untuk sejarah pada umumnya,dan penjelasan sejarah
adalah penjelasan tentang waktu yang memanjang
dan penjelasan tentang peristiwa tunggal.
Kaidah-kaidah
penjelasan sejarah yang pertama Regularity (keajekan, keteraturan,
konsistensi), Regularity adalah
penjelasan antara peristiwa yang mengandung prediksi sejarah menjadi penjelasan
dalam peristiwa. Artinya secara ajek gejala-gejala muncul dimana saja terjadi
peristiwa.
Kedua
Generalisasi adalah
persamaan karakteristik tertentu. Suatu bagian yang menjadi ciri dari kelompok,
juga menjadi ciri dari kelompok yang lain pula.
Ketiga
Inferensi
statistik, model statistik, Inferensi statistik dan metode statistik menjadi
andalan generalisasi.
Keempat pembagian waktu dalam sejarah dimana
sejarawan melakukan klasifikasi atas waktu, sejarawan membuat periodisasi. Realitas sejarah sendiri mengalir
tanpa sekat-sekat, dan pembabakan waktu adalah hasil konsetualisasi sejarawan,
suatu rasionalisasi lahir dari pemikiran teorotis, sedangkan generalisasi
adalah hasil dari gejala empiris.
Kelima
Narrative History, sejarah
adalah cerita masa lalu. Tugas sejarawan adalah menyusun bersama secara
teratur. Susunan yang teratur itu
sendiri tidak terdapat dalam gejala sejarah,tetapi justru tugas sejarawanlah
untuk membuat teratur. Cara sejarawan menyusun adalah dengan merekontruksi masa lalu,menghubungkan
fakta yang satu dengan yang lainnya, sehingga terbentuklah suatu cerita.
Keenam
Multi-Interpretable,
bahwa ilmu sejarah yang dipahami sebagai menafsirkan, memahami dan mengerti,
cukup menjelaskan adanya subjectivisme dan relativisme dalam penjelasan
sejarah. Sehingga sejarah bakal Multi-Interpretable.
B.
Kausalitas
Menurut
para ahli filsafat sejarah masalah
kausalitas adalah bagian dari masalah eksplanasi sejarah yang luas dan mendalam
serta semuanya merupakan masalah metodologis. Kajian sejarah merupakan bahasan
tentang sebab- sebab dari suatu peristiwa yang terjadi sehingga hampir
merupakan aksioma bahwa segala sesuatu mempunyai sebab- sebab. Dengan kata lain
bahwa setiap fenomena merupakan akibat (consequence) dari sebab
sebelumnya (antecendent cause) (Temperley, ed, 1964: 60).Kausalitas
dalam sejarah adalah suatu rangkaian peristiwa yang mendahului dan peristiwa
yang menyusul. Konsep kausalitas telah memasuki kisah sedemikian rupa tanpa
kausalitas penulisan sejarah mungkin merupakan katalogus atau kronologi. Akan tetapi, penelitian “ sebab”
dalam sejarah harus di tempatkan berdasarkan dua pembatasan yang di tentukan
saja, yaitu :
1)
Batas jangkauan masa lampau yang dialamnya akan dicari interelasi anteseden atau
yang mendahului;
2) Batas jumlah faktor yang berpengaruh yang di
anggap tetap kotan dan karenanya tidak diperiksa (Gottschalk, 1975: 164).
Modelkausalitas
berupaya menjelaskan peristiwa sejarah dengan merangkaikan berbagai fakta dalam
sintesis hubungan sebab akibat (cause-effect). Hukum sebab akibat (law
of causation) menunjukkan bahwa setiap fenomena merupakan akibat dari sebab
sebelumnya. Kajian sejarah adalah kajian tentang sebab-sebab dari suatu
peristiwa terjadi sehingga hampir merupakan aksioma atau kebenaran umum.
Dalam
perkembangannya, hukum jausalitas dianggap ketinggalan karena memiliki tendensi
deterministik. Alternatif terhadap hukum kausalitas adalah pendekatan
fungsional. Penjelasan dalam hukum kausalitas
dimulai dengan mencari sejumlah sebab untuk peristiwa yang sama. Sebab-sebab
yang banyak tersebut disebut kemajemukan sebab (multiplicity of causes).
Dalam konteks ini, setiap sebab memiliki kedudukan sama penting. Langkah
selanjutnya adalah menganalisis sebab-sebab untuk kemudian mendapatkan penyebab
utama (the ultimate cause),sebab dari semua sebab (cause of all
causes). Kaitannya dengan kemajemukan sebab, muncul persoalan determinisme
dalam sejarah (determinism in history) dan kebetulan dalam sejarah (chance
in history). Ahli filsafat Hegel dianggap sebagai peletak dasar filsafat
sejarah determinisme. Kritik terhadap
determinisme adalah dianggap mengabaikan kemauan bebas (free will)
manusia. Determinisme dianggap bertentangan dengan adanya penyebab majemuk atau
multikausal.
Sementara
itu, kebetulan sejarah menganggap pertemuan atau benturan antar sebab dalam
peristiwa sejarah sebagai sebuah kebetulan. Kebetulan yang kemudian mengubah
jalannya sejarah. Teori kebetulan mendapat kritik karena dianggap
melebih-lebihkan. Penganut teori ini dianggap malas melakukan penelitian,
kemalasan intelektual (intellectual laziness) atau vitalitas yang rendah
(low intellectual vitality). Dalam melakukan rekonstruksi sejarah, tidak
semua fakta otomatis menjadi fakta sejarah. Fakta-fakta masa lalu baru menjadi
fakta sejarah jika sejarawan memilihnya karena dianggap mempunyai hubungan (relevansi)dan
berarti (signifikansi) dengan apa yang diteliti. Hal yang sama juga
berlaku bagi penganut multikausal dalam peristiwa sejarah. Susunan sebab-sebab,
signifikansi serta relevansi antar satu sebab atau serangkaian sebab dengan yang
lainnya merupakan esensi penafsiran sejarah.
C. Model Analogi
Analogi
merupakan salah satu alat dalam eksplanasi sejarah yang juga sangat berguna.
Adapun urgensi analogi antara lain:
1) Dapat menjadi semacam ornament dalam
artikulasi ide- ide.
2) Cara
kerja analogi dapat berlangsung dalam (internal) maupun keluar (eksternal).
3) Dapat memacu sesuatu argumen yang masuk akal.
4) Dapat memberikan saran dan membujuk,
5) Memberikan informasi dan ilustrasi ,
mengomunikasikan dan menjelaskan.
6) Mengupakan alat pedagogis yang serbaguna dan
dan efektif.
7) Alat eksplanasi dalam pengajaran sejarah dan
guna memperindah tulisan.
Masih
terjadi perdebatan di antara para pakar tentang analogi sebagai eksplanasi
sejarah. Namun bagi penganutnya, analogi merupakan alat eksplanasi yang sangat
berguna. Analogi berperan penting dalam proses kreativitas intelektual. Analogi
dapat berperan ke dalam maupun ke luar. Ke dalam, analogi dapat meningkatkan suatu
yang tidak disadari atau inferensi awal ke tingkat rasionalitas dalam pikiran.
Keluar, analogi bekerja sebagai wahana mengalihkan pikiran seseorang kepada
orang lain.
Meskipun
demikian, penggunaan analogi dalam eksplanasi sejarah berpotensi menimbulkan
kekeliruan. Karena itu, para sejarawan dituntut lebih selektif dalam
menggunakannya. Analogi, meskipun suatu alat untuk menjelaskan peristiwa
sejarah, kedudukannya hanya alat bantu (auxiliary) dalam
pembuktian.Analogi juga berkaitan dengan metafora. Sejarawan yang menggunakan
metafora dalam penjelasannya kerap menggunakan analogi. Beberapa contoh
metafora sejarah antara lain:
1) Machiavellian,
diambil dari nama Niccolo Machiavelli untuk menggambarkan doktrin
politik seseorang yang menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuan
politiknnya;
2) Cut
the Gordian Knot, dari nama Raja Gordius dari Phrygia kuno
untuk menggambarkan penggunaan cara - cara drastis tanpa bersusah payah;
3) Pyrrhic victiry, dari nama raja Pyrrhus
dari Epirus untuk menggambarkan sebuah kondisi di mana kemenangan perang
diperoleh dengan kerugian besar. Sejarawan menggunakan istilah ini untuk
menggambarkan perjuangan seseorang untuk mendapatkan sesuatu dengan kerja keras
sampai kehabisan daya.
4) Carthaginian
Peace, dari nama Kartago di Afrika Utara. Penghancuran Kartago yang
dilakukan Romawi untuk menghindari kebangkitan sebuah kekuatan. Sejarawan
menggunakan metafora ini untuk menggambarkan politik bumi hangus sebagai reaksi
atas kekhawatiran munculnya kekuatan lain.
D.
Hermeneutika
Hermeneutika
bertolak dari tradisi – tradisi relativisme (humaniora), yaitu berbuat dengan
mencapai tujuan tertentu (intensionalisme) dengan tokoh –tokoh seperti
Dilthey, Croce, dan Collingwood, yang berpendapat bahwa perbuatan
manusia hanya lebih sesuai dengan bentuk kajian ideorafik (kekhususan,
partikularistik)daripada kajian nomotetik, (keumuman, generalistik). Tradisi hermeneutika yang menjadi
pembela utama pendekatan interpretif (interpretive approach) menolak
kemungkinan suatu unifikasi (atas dasar- dasar empiris aau realis) antara ilmu
alam dan kajian –kajian menenai perbuatan (action ), sejarah, dan
masyarakat.
Hermeneutika menekankan secara tegas
perbedaan antara ilmu alam dengan ilmu kemanusiaan. Hermeneutika boleh dibilang
menjadi semacam antitesis terhadap teori CLM. Hermeneutika menekankan secara
jelas antara ilmu alam dengan ilmu kemanusiaan. Penganut hermeneutika
berpendapat bahwa perbuatan manusia hanya bisa diterangkan dengan kajian
edografik (kekhusunan, partikularistik) daripada nomotetik (keumuman,
generalistik).Pengertian hermeneutika erat hubungannya dengan penafsiran
teks-teks dari masa lalu dan penjelasan pelaku sejarah.
Sejarawan
mencoba menjelaskan masa lalu dengan mencoba menghayati atau dengan empati,
menempatkan dirinya dalam alam pemikiran pelaku sejarah. Hermeneutika mencoba memasuki
diri pelaku dan berupaya memahami apa yang dipikirkan, dirasakan, dan diperbuat
pelaku sejarah. Ada semacam dialog batin antara batin sejarawan yang
menggunakan pengalaman hidupnya sendiri dengan sumber-sumber sejarah yang
digunakan.
E.
Eksplanasi dan Kausalitas Sejarah
Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa menjelaskan setiap peristiwa sejarah niscaya
tidaklah valid apabila tidak dapat menunjukan latar belakang sebab akibat dan
sebab – sebab terjadinya suatu peristiwa. Ada empat
hal yang perlu dicermati dalam memahami eksplanasi dan kausalitas sejarah,
yaitu :
a)
Ekplanasi merupakan konsep ganda yang
mempunyai berbagai makna dalam konteks yang berbeda – beda. Baik sejarawan
maupun guru sejarah masih berkesimpulan dari tipe eksplanasinya sangat cocok.
b)
Bentuk esplanasinya yang ada menurut
hieraki, bebtuk yang tertinggi menyarankan agar peristiwa perantaran khusus
diperankan sebaik – baiknya menurut proposisi umum.
c)
Kausalitas dalam masalah - masalah sosial senatiasa jamak. Tidak pernah sekalip pun terjadi
hanya satu sebab bagi sesuatu akibat sosial.
d)
Keterangan dan kausalitas sangat
berguna berkaitan inkuiri historis serta pengajaran sejarah dalam arti
generalisasi atau hukum – hukum yang meliputinya yang memiliki aplikasi yang
berulang- ulang.
Ada
dua proporsi yang perlu dipertegas sehubungan pembahasan di atas, yaitu proporsi pertama yang menunjukan pada
makna keterangan yang berbeda – beda. Tak ada suatu kesalahan yang melekat pada
penggunaan – penggunaan yang bervariasi dalam penulisan atau pelajaran sejarah
pada hal perbedaan itu diketahui secara jelas. B. O Smith (1960) telah
mengidentifikasi sekurang – kurangnya lima penggunaan istilah “ keterangan
“yang sesuai dengan pengajaran “ social studies “ . Pengajaran sejarah yang memerlukan penjelasan sebaiknya benar –
benar memperhatikan macam jawaban yang akan diterima, baik secara diketahui
maupun secara tidak diketahui dengan menyeleksi tipe penjelasan yang diyakini
sesuai dan pemantapan logis atas jawaban itu. Meskipun demikian, siswa boleh
menerka bentuk penjelasan yang diinginkan dan menarik kesimpulan bukti yang
sesuai atas jawabannya dari petunjuk yang agak terbatas
dan dari yang dipasok dengan cara pengungkapan kata pertanyaan atau menurut pengertian
secara psikologis.
Proporsi kedua yang disarankan bahwa
bentuk-bentuk penjelasan yang merujuk pada hubungan umum memiliki manfaat yang
besar, baik penulisan sejarah maupun dalam pengajaran sejarah. Bukti yang
penting yang perlu dibuat dan konsep-konsep memberikan peluang untuk
perbandingan, pengujian, dan evaluasi kasus-kasus. Suatu situasi individual
menurut konsep ini tidak dijelaskan sepenuhnya, menururt referensi hanyalah
mengenai faktor-faktor khusus mengenai kasus-kasus yang terjadi.
Menurut
Helius Syamsuddin dan Ismaun (1996;158),
pemahaman tentang konsep kausalitas dalam sejarah merupakan unsur penting untuk
melakukan eksplanasi mengenai peristiwa sejarah. Selanjutnya, keterangan
mengenai rangkaian sebab-akibat dalam sejarah membantu kesadaran bagi peminat
sejarah tentang peran manusia dalam sejarah, baik sebagai objek maupun sebagai
subjek sejarah. Kausalitas adalah suatu rangkaian
peristiwa yang mendahului dan peristiwa yang menyususl. Sebab dalam sejarah
interrelasi peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya maupun jumlah faktor yang
berpengaruh konstan.
Kesulitan
yang dihadapi dalam menghadapi masalah kausalitas sejarah adalah bagaimana mengidentifikasi
sebab- sebab sejarah yang jelas. Sejarawan pada umumnya cenderung membicarakan
sebab langsung (lantaran) atau sebab tidak langsung (faktor- faktor yang berpengaruh,
motif, dan dorongan) dalam setiap peristiwa sejarah.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekspalansi
sejarah merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam metodolgi sejarah.
Hal ini dipergunakan untuk mengembangkan, menganalisis, dan menjelaskan hubungan diantara
pernyataan-pernyataan mengenai fenomena-fenomena yang ada. Dalam ilmu sejarah
yang merupakan kesepakatan para sejarawan dengan sebutan kausalitas (causations)
serta bentuk-bentuk penghubung lain (connections) yang digunakan oleh
para sejarawan ketika mereka menyintesis fakta-fakta (Berkhofer dalam Helius syamuddin,
1996:237). Eksplanasi
adalah suatu proses yang menunjukkan peristiwa-peristiwa tertentu dihubungkan
dengan peristiwa-peristiwa lain melalui penggunaan secara tepat
pernyataan-pernyataan yang bersifat umum (general statements).
Arti penting dari eksplanasi sejarah sendiri adalah menunjukkan
kausalitas yang sesungguhnya mengenai suatu peristiwa sejarah.
Model–model
dari eksplanasi sejarahdiantaranya adalah kausalitas, CLM, hermaunetika dan
model analogi. Model kausalitas, menurut para ahli filsafat sejarah masalah
kausalitas adalah bagian dari masalah eksplanasi sejarah yang luas dan mendalam
serta semuanya merupakan masalah metodologis.
Kajian sejarah merupakan bahasan tentang sebab–sebab dari suatu peristiwa yang
terjadi sehingga hampir merupakan aksioma bahwa segala sesuatu mempunyai sebab-sebab.
B.
Saran
Kita
sebagai seorang yang belajar sejarah, hendaknya mampu melihat segala sesuatu
dari berbagai perspektif. Karena sejarah tidak berdiri sendiri melainkan saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Kuntowijoyo. 2008. Penjelasan Sejarah (Historical
Explanation). Yogyakarta : Tiara Wacana.
Juraid Abdul Latief. 2006. Manusia,
Filsafat , dan Sejarah.Jakarta : PT Bumi Aksara